Hi to Him –02

Chapter 02

Luhan’s POV

 

 Akhirnya kami berdua memutuskan untuk makan makanan cepat saji, begitu masuk aku dan perempuan itu langsung mendatangani kasir, karena tempatnya yang sepi hanya dengan beberapa menit kami sudah mendapatkan burger kami.

“Hmmm…Luhan…aku akan menggantikan uangmu begitu kakakku datang”

Luhan? Bagaimana perempuan ini mengetahui namaku Luhan? “Kau…tau dari mana namaku Luhan?”

Gadis yang sampai saat ini belum kuketahui namanya itu pun menunjuk sesuatu di sebelah kursiku, mataku mengikuti arah jarinya dan aku dapat melihat tulisan “LUHAN” terpasang di label koper yang ditulis besar-besar oleh ibuku

“Kau bisa membaca huruf Cina?” aku langsung bertanya begitu menyadari bahwa itu adalah tulisan kanji.

Gadis itu mengangguk dan menjulurkan tangannya “Perkenalkan, namaku Zhang Ara, Chinese dan Korea” Ia tersenyum, aku membalas uluran tangannya sambil memperkenalkan namaku lagi “Luhan”

Chinese? Asli?” Ia mengerdipkan matanya, kaget dengan pengenalanku tadi, aku memandangnya bingung, dari namaku sudah jelas Luhan tapi kenapa ia masih meragukan identitas kewarganegaraanku?

“Aksen Korea mu bagus sekali” Akhirnya Ara mengatakan alasan kekagetannya, aku tersenyum  “Aku pernah tinggal di sini cukup lama” jelasku menggunakan mandarin.

Ara langsung mengangguk, aku terkekeh “Dan kau bisa mengerti mandarin?”

“Aku tinggal di sana cukup lama” Ara menjawab dengan cara yang sama aku menjawab pertanyaannya, aku tertawa sementara ia masih sibuk menghabiskan double cheese burgernya. Karena makananku yang lebih cepat habis akhirnya aku memutuskan untuk kembali menghubungi kakak perempuan yang akan menjemputku.

“Halo Noona? Masih lama? “

“Maaf Luhan, kali ini aku yakin tinggal setengah jam lagi” suara noona yang berada ditengah-tengah kebisingan membuatku yakin kalau ia memang sibuk, aku hanya menghela nafas.

“Kau ada uang untuk makan kan?” Noona bertanya.

Aku melirik Ara yang sedang menyedot colanya sampai terdengar suaranya, ia terlihat benar-benar kehausan “Ya aku lagi makan” dalam hati aku bersyukur, noona masih memikirkan apakah dongsaengnya sedang memegang uang, berbeda dengan kakak orang di depanku ini.

“Kalau begitu aku tutup ya, kalau ada apa-apa telpon aku Luhan”

Aku memutar bola mataku mendengar kekhawatirannya “Aku sudah besar noona, kututup ya”

Akhirnya aku menutup telpon dan kembali melihat Ara. Ara sudah menghabiskan makanannya, sekarang ia sedang menepuk-nepuk perutnya, sepertinya ia benar-benar kekenyangan.

“Pacar mu?” Ara yang menyadari aku sedang meliriknya bertanya, aku membuka mulutku kaget dengan pertanyaannya, apakah aku terlihat berbicara dengan seorang pacar tadi?

“Bukan, hanya noona yang kukenal baik di Korea”

Ara mengangguk dan segera berdiri dari kursinya, aku mengikutinya “Aku takut Oppa sudah datang” katanya sambil menarik koper, melihat jumlah bawaannya yang menyamaiku sepertinya ia akan tinggal di Korea dalam waktu yang cukup lama.

“Oppa itu…pacarmu?” Aku iseng bertanya sambil berjalan menuju tempat awal kami.

Ara berhenti berjalan dan menengok padaku, kacamatanya yang kedodoran ia betulkan “Apakah terdengar seperti pacarku?”tanyanya heran

Aku hanya menggelengkan kepala dan mengangkat kedua bahuku “mungkin?”

Ara segera menggelengkan kepalanya “Bukan, dia hanya oppa yang kukenal baik di Korea”

Aku tertawa mendengar jawabannya, lagi-lagi sama.

Akhirnya selama lima belas menit kami kembali duduk menunggu, Ara kembali fokus pada hp nya sementara aku mematikan hp berjaga-jaga jangan sampai lowbat. Pandanganku kuedarkan pada seisi bandara, jam sembilan malam, Incheon masih cukup ramai. Penerbangan dari Cina yang kedua sudah sampai, semua orang lalu lalang membawa koper mereka, kebanyakan merupakan seorang pembisnis yang sengaja mengambil pesawat malam. Tidak ada lagi pengunjung yang berasal dari pesawat yang sama dengan kami.

Aku menengok pada Ara yang sedang menggerutu sendiri, karena bosan aku melirik layar hpnya, sedikit penasaran dengan kesibukannya.

Temple Run

Ia sedang bermain temple run, tangannya yang kurang lincah menandakan bahwa ia masih baru dalam memainkan game ini. Ini artinya dia benar-benar kehabisan akal menunggu dengan apalagi hingga akhirnya ia memutuskan untuk memainkan temple run.

“Lompat!” aku berseru spontan begitu melihat akar pohon yang makin mendekat. Ara tersentak mendengar seruanku, ia tidak melompat karena kaget dengan spontanitasku. Aku memaksakan sebuah senyuman merasa tidak enak telah mengganggu kefokusannya.

“Mau main?” Ia menjulurkan hpnya padaku, aku memandangnya bingung

“Sudah kuduga aku memang tidak berbakat main temple  run, kau sepertinya jago, lebih baik kau saja yang main Luhan” Ia meletakkan hpnya di tanganku lalu mendekatkan posisi duduknya denganku “Aku lebih suka melihat orang memainkannya” Ara membetulkan letak kacamatanya dan memfokuskan pandangannya pada hpnya yang sedang kupegang.

Aku tersenyum dan menekan tombol play “Baiklah, kuperlihat rekor terbaikku.”

 

TBC

 

2 thoughts on “Hi to Him –02

  1. Dalam kehidupan nyata akan canggung bila bertemu orang asing, inilah yg aku suka dari ff :3 Luhan baik, tunggu.. Aku penasaran apa zhang ara itu punya hubungan saudara dengan zhang yi xing?

Leave a comment