Pastel Bonus Chapter

Rating: PG

Word count: 2515

Characters: Sina-Tao-Sehun

Genre: Au!Cat, fluff, romance

Length: one-shot

A/N: terinspirasi dari LJ ini

Bukan pagi yang biasanya, itu yang Sina rasakan begitu membuka kedua pelupuk matanya. Sina sendiri tidak mengerti apa yang berubah, bukankah ini pagi yang biasa? Cahaya matahari sudah menembus gorden transparannya dan dari tadi ia sudah mendengar suara Miyoung yang berteriak dari bawah membangunkannya. Jadi apa yang berbeda hari ini? Entahlah.

Sina beranjak dari kasurnya, tapi bukan kaki yang menginjak lantai yang ia rasakan, tunggu,kenapa kasurnya besar sekali? Sina keheranan, dan begitu ia menundukkan kepalanya yang ia lihat lantai yang tampak begitu jauh dari biasanya. Pasti ada yang salah Sina menggeleng-gelengkan kepalanya meyakinkan hal yang ia rasakan ini cuma halusinasi.

“Sina!!” Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, di situ Miyoung berdiri dengan kedua mulutnya yang menganga lebar “Hei! Apa Sina memeliharamu?”

Memelihara? Sina semakin dibuat bingung oleh perkataan Miyoung.

“Sudah berapa kali kubilang, aku alergi kucing.” Miyong menggeleng-gelengkan kepalanya, ia langsung keluar dari kamar dan begitu kembali sapu sudah dipegang oleh tangannya.

Sekali lagi, Sina tidak mengerti, sebenarnya hal apa yang terjadi?

“Maaf Sina, tapi aku harus mengusir kucing ini.” Miyoung mendekat menghampirinya dengan sapu yang tepat diarahkan pada Sina membuat Sina ingin mengerutkan dahinya melihat tingkah konyol kakaknya. Tunggu, kenapa dahiku tidak bisa dikerutkan?

Hei unnie! Sebenarnya apa yang terjadi!? Sina ingin meneriakkan kalimat tapi nyatanya yang keluar hanya sebuah suara yang ia sendiri bingung darimana suara itu berasal “Meooww.”

“Pergi kau kucing!” Tahu-tahu sebuah sapu hampir mengenai kepalanya, Sina refleks melompat dan ia baru tahu kalau ternyata tubuhnya seringan itu bisa melompat sampai tepat di depan pintu. Begitu Sina mendongakkan kepalanya yang ia temukan kali ini justru makin membuat otaknya makin bertanya kenapa pintunya jadi sebesar ini?

“Ayo pergi kau kucing jelek!”

Sebenarnya siapa sih yang kucing!? Sina frustasi dengan omelan Miyoung dari tadi dan begitu ia menengokkan kepalanya ke belakang matanya menangkap sesuatu yang aneh dari cermin yang sedang dipandangnya. Sebuah kucing.

Kucing? Kucing? Dirinya seekor KUCING!?

“Kubilang per–“

“MEOW!” Sina mencakar kaki Miyoung yang, gemas melihat kakaknya yang dari marah-marah padahal ia sama sekali tidak melakukan apapun. Tanpa menunggu reaksi dari Miyoung Sina segera berlari menuruni tangga dan keluar dari rumahnya, sesuatu yang aneh telah menimpa dirinya dan yang terpenting ia harus kabur dari Miyoung sebelum dirinya jadi korban kekerasan kakak sendiri.

~~//~~

Minggu pagi yang menenangkan, itu yang Sehun pikirkan begitu ia membuka pintu rumahnya. Hari ini ia tidak membuat janji dengan siapapun. Ibunya yang biasa selalu membuat jadwal jalan-jalan di akhir pekan memutuskan untuk menghabiskan waktunya menonton serial drama, membuat Sehun berterima kasih pada siapapun produser drama itu karena itu membuatnya bebas dari ibunya.

Oleh karena itu hari ini Sehun berencana datang ke rumah Miyoung, mengendarai sepedanya mengingat terakhir kali ia berolahraga sebulan lalu ketika sekolah belum terlalu memberikan banyak tugas untuknya.

Sambil bersenandung Sehun menggayuh sepedanya, firasatnya mengatakan hari ini menyenangkan. Bahkan begitu memasuki gerbang perumahan Miyoung Sehun yang biasanya selalu memasang stoic face tersenyum pada si penjaga gerbang. Dan tiba di depan pagar rumah Miyoung ia baru teringat sebuah hal penting membuat tangannya yang nyaris memencel bel terdiam.

Miyoung pasti tidak siap melihatku datang, ia belum tahu aku tahu Sina adiknya.

Aish!” Sehun mengacak-acak rambutnya yang sengaja ditata pagi itu, cukup melelahkan juga pura-pura tidak tahu seperti ini, sepertinya ia harus segera memberitahu Miyoung dan kalau dipikir-pikir apa masalahnya kalau ia tahu? Itu bukan masalah besar kan? Yah pertanyaan itulah yang akan ia keluarkan pada Miyoung nanti.

Oh Sehun pun kembali memutar sepedanya, sepertinya firasatnya salah kalau hari ini menyenangkan. Akhirnya kembali bersenandung berusaha membuat moodnya kembali Sehun kembali menggayuh sepedanya.

“MEOW!” tiba-tiba lengkingan suara kucing terdengar. Sehun yang daritadi melamun segera terjaga dan mengerem sepedanya. Tanpa pikir panjang ia segera turun mencari asal suara yang terdengar menyakitkan itu. Tidak perlu susah-susah Sehun mencari, ia segera sadar tepat di sampingnya ada seekor kucing hitam yang sedang menjilat-jilat ekornya. Sehun menggigit bibirnya merasa bersalah, sepertinya ekor si kucing menjadi korban ketidakfokusannya.

Sina yang baru saja terjepit seseorang menginjak ekornya, ekor? Sina masih janggal memikirkan ia memiliki ekor  segera menatap jengkel pada orang itu yang ternyata membuat Sina berpikir  dunia kecil sekali.

Sehun! “Meow!” Sina menggelengkan kepalanya kesal kosakatanya menjadi terbatas, apapun yang ingin diucapkannya hanya terdengar seperti eongan.

“Kau memanggilku?”Sehun yang daritadi berdiri segera jongkok untuk melihat lebih jelas kucing yang malang itu. Sina tidak percaya Sehun mengerti ucapannya, tanpa pikir panjang ia segera mengangguk-angguk .

Aku Sina! Kau sadar aku Sina? “Meow! Meow! Meeooow.” Sungguh Sina merasa bodoh.

“Hahahahaha lucu sekali kucing ini, kau memarahiku karena tidak sengaja melindas ekormu?” Sehun tertawa dan mengelus-ngelus kepala Sina. Sina hanya bisa mengumpat dalam hati, tentu saja Sehun tidak akan mengerti bahasanya.

Kecewa tidak ada seorang pun yang mengenal dirinya adalah Ahn Sina, Sina pun menghiraukan elusan Sehun dan memilih berjalan meninggalkan Sehun yang sempat menjadi harapannya.

“Hei! Kau mau kemana!” Tiba-tiba Sina merasa seseorang mengangkat dirinya, Sina yang tidak terbiasa di gendong segera meracau berusaha memberitahu Sehun kalau ia benci seseorang mengangkatnya yang sayangnya justru membuat Sehun makin gemas dengan Sina yang terus memberontak.

“Hei hei diam kamu kucing, aku ini orang baik.” Sehun membawa Sina dalam pelukannya, mengelus-ngelus bulu kucing yang terasa begitu nyaman menyentuh telapak tangannya “Apa kau peliharaan orang?” Sehun bertanya karena menyadari betapa halus bulu kucing itu.

Sina yang sudah pasrah dalam pelukan Sehun hanya diam, toh Sehun tidak akan mengerti apapun yang keluar dari mulutnya.

“Kenapa kau terlihat menyedihkan sekali sih? Bagaimana kalau kau jadi peliharaanku saja?”

“MEOW!” Sina spontan menolak, itu ide yang buruk, ia jadi peliharaan Oh Sehun? Ti-dak.

“Wah semangat sekali!” Sehun salah mengartikan protes Sina, membuat Sina memutar bola matanya (dalam hati, karena ia kucing sekarang.)

Tanpa peduli kucing yang dibawanya suka atau tidak Oh Sehun memasukkan Sina pada keranjang depan sepedanya “Untung hari ini aku meminjam sepeda ibuku, baiklah ayo kita berangkat!”

Sina yang pintar tahu kalau ia hanya cari mati jika melompat dari keranjang yang sedang berjalan cepat menutuskan diam dan menjulurkan kepalanya keluar, melihat seberapa jauh Sehun akan membawanya.  Sudah kubilang ini bukan pagi yang biasanya Sina berkata dalam hati.

~~//~~

Ibu Oh yang masih berkutat dengan tv sama sekali tidak sadar anak laki-lakinya membawa pulang seekor kucing hingga akhirnya Sehun meletakkan Sina pada pangkuan ibunya sengaja untuk membuat ibunya kaget.

“Astaga Sehun! Kenapa tiba-tiba ada kucing!?”

Sehun yang tertawa puas dapat menjahili ibunya hanya tertawa dan mengangkat Sina untuk kembali ke pangkuannya “Aku menemukannya di tengah jalan, lucu kan?”

Ibu Oh memang pecinta hewan sehingga ia mengangguk dan mengelus Sina, membuat Sina yang mulai terbiasa menjadi kucing perlahan-lahan memejamkan matanya mengerti seberapa nyaman seseorang mengelus dirinya.

“Siapa namanya?” Ibu Sehun bertanya.

“Kokomong!” Sehun menjawab dengan riang.

Kokomong? Jelek sekali Sina berkata dalam hati mendengar Sehun menyebut nama seekor tokoh monyet di sebuah film animasi anak.

“Tapi dia kan bukan monyet Sehun!” Ibu Oh tampaknya protes karena ia sudah menyiapkan nama yang jauh lebih manis untuk kucing itu “Dan lagi dia itu betina!”

Betina? Sina benar-benar merasa frustasi seseorang menyebutnya betina bukan wanita.

Sehun yang tampak sangat mencintai nama itu segera mengambil Sina yang sudah berpindah ke pangkuan ibunya “Tapi aku yang menemukan dia, jadi aku yang berhak memberinya nama, dan lagi dari dulu aku ingin menamai hewan peliharaanku Kokomong.”

Ibu Sehun hanya mendengus melihat anaknya yang begitu kekanakan “Baiklah namanya Kokomong.”

“Meow!” Sina protes yang lagi-lagi membuat Sehun salah sangka.

“Lihat, dia bahkan suka namanya.” Sehun menyeringai dan mencium Sina, membuat Sina bersyukur karena dengan menjadi kucing Sehun tidak akan menyadari kedua pipinya yang merona merah.

~~//~~

 “Oppa!  Coba lihat, kucingku lucu sekali kan?” Hara memperlihatkan foto kucingnya yang baru saja melahirkan lima bayi  membuat Tao ikutan tersenyum dan mengangguk “Boleh aku minta satu?”

“Tentu saja tidak! Susah payah kucingku beranak.” Hara kembali menyimpan fotonya, takut Tao makin suka dan memaksanya untuk memberikan kucing yang untungnya Tao cukup dewasa untuk tahu ia tidak mungkin mendapatkan kucing itu “Ya sudah tidak apa-apa, aku bisa punya kucing sendiri.”

“Tao-oppa bisa memelihara kucing? Aku tidak percaya kucing itu bisa bertahan!” Hara mencibir Tao yang mengkerucutkan bibirnya merasa diremehkan terlebih oleh seorang anak kecil. Tao segera berdiri dari kursi dan mengepal tangannya “Aku akan beli kucing sekarang lagipula tabunganku sudah cukup.”

Hara meledak dalam tawa saat mendengar Tao terlalu terbawa suasana, sambil tersenyum Hara hanya menaikkan bahunya “Ya sudah beli saja, kalau Oppa bisa memelihara lebih dari sebulan aku akan memberikan salah satu anak kucingku.”

Tao menatap Hara dan tersenyum “Pegang kata-katamu.”

~~//~~

“Ahjumma— aku ingin beli kucing.” Tao berkata sambil mendorong pintu toko, tidak peduli ada Ahjumma atau tidak ia hanya ingin mengutarakan keinginannya.

“Kenapa tahu-tahu ingin kucing di siang bolong begini?” Ahjumma menyahut dari balik counter.

“Aku—hanya ingin membagi rasa sayangku.” Tao menjawab asal karena tidak mungkin dia mengatakan alasan sebenarnya karena tertantang oleh teman kecilnya itu.

Ahjumma terkekeh-kekeh dan menggeleng-gelengkan kepalanya “Kalau begitu cari wanita untuk kau cintai.”

“Ah! Ahjumma! Yang kuinginkan kucing! Bukan wanita!” Tao yang tidak terbiasa membahas topik itu jadi gelagapan. Tiba-tiba muncul tawa dari bibinya, Tao memiringkan kepalanya merasa bingung, begitu ingin bertanya tahu-tahu bibinya sudah hilang. Tao menghampiri counter dan menengok kanan kiri mencari bibinya.

“HUWAA!” Tiba-tiba muncul Ahjumma berdiri mendadak membuat Tao terperanjat dan melangkah mundur, jadi ini rasanya menjadi Sina, pikir Tao yang merasa ahjumma menjadi terlalu kekanakan untuk bibi-bibi seumurnya. Tapi rasa kaget itu makin bertambah begitu menyadari kucing hitam yang digendong oleh bibinya.

“Kucing!!” Tao berteriak kaget.

­-flashback

“Sehun, bagaimana kalau kawinkan Kokomong?” Ibu Sehun bertanya selesai menghabiskan 16 episode yang ditontonnya nonstop hari itu.

Sehun diam dan memandangi Sina yang memandangnya balik

“Jangan, jangan, jangan, Oh Sehun tolong katakan jangan.” Sina berusaha mencapaikan kata-katanya lewat tatapan daripada harus mengeong yang selalu membuat Sehun salah paham.

“Boleh, sepertinya Kokomong mau, dia menatapku seperti memohon.”

Sina menggeram, gemas bercampur jengkel dengan Sehun yang memiliki angka nol untuk kemampuan telepati.

Aku mau dikawinkan dengan kucing!?” Sina menjerit dalam hati.

Ibu Oh segera bangun dari kursi dan menjentikkan jarinya “Ah! Kau ingat tetangga kita? Mereka punya kucing jantan yang kurasa seumuran dengan Kokomong.”

“Benarkah? Kalau begitu bagus! Kita bisa membuat Kokomong bertemu dengan suaminya setiap hari!”Sehun berkata dengan semangat lalu membawa Sina ke pundaknya “Ayo kita berangkat sekarang ibu.”

Ibu Oh mengangguk, Sina dalam hati senang juga melihat Sehun dan ibunya kompak, tapi kalau ceritanya begini ia lebih suka melihat mereka berdua berselisih.

“Tenang saja Kokomong, calon suamimu tampan kok.”

Ucapan Ibu Oh makin membuat kekhawatiran Sina kalau keperawanannya akan hilang makin menjadi-jadi tanpa pikir panjang ia segera menggigit pundak Sehun dan berlari keluar dari pintu rumah yang terbuka.

“KOKOMONG!” Sehun berteriak tapi tidak memiliki tenaga untuk mengejar, bahunya masih terlalu nyeri untuk berlari.

-End of flashback

"Aku menemukannya di sekitar stasiun, karena lucu kuambil saja.”

“Dan kita akan memeliharanya!?” Tao yang terlalu bersemangat mengangkat Sina keatas sambil berputar seperti ayah yang mengangkat tinggi-tinggi bayinya. Sina yang merasa mual karena disodori banyak makanan oleh keluarga Oh tidak bisa melakukan banyak hal selain pasrah diangkat-angkat oleh Tao. Pandangannya berputar-putar, Tao terlihat dua, atau tiga, bahkan empat, Sina sudah hampir kehilangan kesadarannya, sesuatu di ujung tenggorokan membuatnya makin lemas, yang Sina tahu ia harus segera mengeluarkannya.

Detik itu juga Tao berteriak “Ahjummaaaa kucingnya memuntahiku!” Tao segera menurunkan Sina sambil memandang jijik pada tangannya yang terkena muntahan.

~~//~~

Tao yang baru selesai memandikan kucing hitam yang terkena muntahannya sendiri itu tmenghampiri ahjumma yang sedang merajut di kursi meja makan.

“Luka di tanganmu.. itu karena kucing?”

Tao menyeringai dan mengangguk, bukannya terlihat jengkel Tao malah terlihat bangga dengan bekas cakaran Sina di lengannya itu “Ngomong-ngomong aku masih memikirkan sebaiknya nama apa yang cocok untuk kucing ini?”

“Kau saja yang memikirkannya.” Ahjumma menjawab masih fokus menyelesaikan rajutannya.

Tao mengangguk dan mengangkat Sina tinggi-tinggi dan tentunya tanpa putaran setelah tahu kucing yang baru diambilnya mudah mabuk.

“Siapa namamu?” Tao menjatuhkan dirinya di atas sofa membiarkan Sina duduk di atas dadanya. Sina hanya memandang malas pada Tao, ia benar-benar malas berbicara sejak Sehun selalu salah sangka dan ia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama pada Tao yang jauh lebih polos.

“Bagaimana kalau aku menamaimu—“ Tao terdiam menatap baik-baik kucing yang daritadi menatap baliknya itu. Tiba-tiba Tao mengernyitkan dahinya merasakan hal ganjil tentang kucing ini.

“Hei kenapa kau tidak mengeong?” Tao bertanya dan Sina tidak menjawab.

“Apa kau lupa cara mengeong? Hmm? Lupa?” Tao bangkit dan mengelus-ngelus Sina yang masih bersikeras diam membuat Tao makin penasaran “Apa kau bisu? Ayo katakan sesuatu, kalau diam terus aku seperti memelihara boneka.” Tao terus berbicara membuat Sina mulai tertarik untuk membuat Tao semakin khawatir soal mogok bicaranya (baca: mogok mengeong).

“Meee—oow begitu cara mengeong.” Tao menirukan suara kucing berusaha mengajari Sina yang terlihat sama sekali tidak tertarik dengan ajarannya.

“Ayo coba manis, katakan Meeeoow” Tao masih bersikeras sekalipun ia benar-benar terlihat bodoh. Ahjumma yang mencuri dengar hanya menghela napas keheranan dengan perilaku keponakan yang umurnya sudah terbilang bukan anak kecil itu lagi.

Bermenit-menit Tao menggelitik Sina, mengangkatnya berkali-kali, bahkan mengajaknya bermain bola yang tentu Sina tidak akan capek-capek mengikuti keinginan Tao.

“Apa kau marah padaku?”

Kali ini Sina memilih menjawab “Meow.”

“Kau marah!? Bagaimana bisa?” Tao makin penasaran sekaligus merasa takut. Kucing mengerti bahasanya, atau dia yang bisa mengerti bahasa kucing?

“Meow meow meow.” Sina asal menjawab, tiba-tiba rasa kantuk menyerangnya dan ia inginkan sekarang Tao diam.

Tao menghela napas dan menguap seperti mendapat virus kantuk dari Sina versi kucing. “Aku capek, mari kita tidur Odeng.”

Sina yang hampir terlelap membuka matanya mendengar Odeng seperti ditujukkan untuk dirinya.

“Namamu Odeng! Ya sekalipun kamu kucing betina tapi bukankah Odeng nama yang manis?” Tao terdengar bangga dengan nama yang diputuskannya, hal itu membuat Sina bertanya-tanya apakah mungkin Tao akan menamai anaknya sendiri Huang Odeng?

“Odeng..kau tidak takut gelap kan?’ Tao bertanya begitu ia dan  Sina sudah berbaring di atas kasurnya.

Tao bodoh atau apa sih? Tentu saja kucing tidak akan bisa menjawab pertanyaannya Sina keheranan dalam hati. Tao yang semakin mengantuk mungkin karena pertandingan basketnya dengan teman yang dikenalkan Jongin; Luhan, bangkit dengan terhuyung-huyung menuju pintu kamar untuk mematikan lampu. Dan detik ia mematikan lampu terdengar suara eongan, Tao refleks kembali menyalakan lampu dan memandang Sina kebingungan “Odeng, kau benar-benar mengingatkanku pada perempuan bernama Ahn Sina.”

“Meow!” Sina mengeong semangat senang nama aslinya terdengar lagi, sudah cukup Kokomong dan Odeng menjadi nama kedua dan ketiganya.

Tao tersenyum “Tapi namanya pemborosan kalau tidak dimatikan, jadi aku matikan.” Tao langsung mematikan tidak peduli Sina mengeong-ngeong protes. Tanpa takut Sina akan mencakarnya Tao membawa Sina dalam pelukannya “Sudahlah Sina—tidur dan besok pagi kau akan melihat cahaya lagi.”

“Meow!” Sina langsung merespon menyadari namanya kembali terpanggil. Tao yang semakin terbawa kantuk hanya menggumam “Oh maaf, maksudku Odeng, kubilang kau benar-benar mengingatkanku pada Sina—Hoahm” Tao menguap “Selamat tidur Si— Odeng “ Kalimat terakhir Tao membuat Sina diam memilihkan membenamkan dirinya pada pelukan Tao yang memberikan kehangatan yang kucing manapun menyukainya.

~~//~~

“Sinaaa” Ahn Sina merasa deja vu, perasaan ganjal kembali menyelimutinya.

“Ayo bangun!” Pintu kamarnya terbuka dan Sina menengok hati-hati takut mendapat Miyoung akan melihatnya dengan kaget, meskipun konyol entah kenapa mimpi tadi terasa begitu nyata, Sina takut itu peringatan kalau keesokan harinya semua menjadi kenyataan.

“Kenapa kau melihatku seperti itu? Ayo turun! Sarapan sudah siap!” Miyoung memiringkan kepalanya kebingungan melihat Sina yang biasa terlihat angkuh kini memandangnya was was.

Sina tersenyum, perlahan ia mengangkat satu tangannya mendapati kelima jarinya masih terlihat normal, dia manusia.

_____________________________________________________________________________

Selesai juga bonus chapter ini, author udah mikirin dari lama akhirnya selesai sekarang~

4 thoughts on “Pastel Bonus Chapter

  1. bhahahhahahhaa… aku gak bisa berenti ketawa baca ini. mukanya sina pasti kocak banget wkwk
    kasiaaaan tapi kok dia enak yaa -,-”
    pas awal-awal kasian yang salah paham mulu sama sehun.. tapi pas udah sama tao kok enaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakk 😦 ah envy nih, mau dimandiin juga sama tao ._. /salah/ wkwk
    pengen jadi kucing jugaaaaa. pengen bobo sama taoooo. thor sumpah deh special chapter ini two thumbs up deh 😀
    dan lagi aku suka posternya. khususnya pict taosina yaaa. sukaaaaaaaa 😀

    dan ini udah berusaha gak baca juga tapi tetep gak tahan xD akhirya saya harus nunggu sampe 16 nov *sigh*
    author jjang!! ^^

  2. Ah beete aku ketinggalan bonus chapter iniiiiiii xC
    Maygat ini ucu aneeeeet~~~~
    Aku mau kak! Aku mau! Dicium sehun dipeluk tidur ama tao ah segalaaa!!
    Yaampun ini lucu banget tauuuu kakak lope lope buat muuuu ❤ ❤

  3. oh jadi ini mimpi yg diceritain sina ke tao. pantes tao seneng denger ceritanya soalnya di akhir mimpi sina nya sm tao XD

Leave a comment