Detour’s Side Story; Luhan’s

Title: Detour’s side story; luhan’s part

Rating: PG

Genre: Romance, Fluff, Slight! Angst, Broken

Lenght: One-shot

_______________________________________________________________________

 soundtrack


“H E I – H E I   L I H A T  A K U  J A D I  L U H A N ! “

Luhan mengernyitkan alisnya begitu mendengar namanya tersebut. Padahal sudah hampir tertidur tapi seseorang datang membawa kebisingan yang dari tadi dihindarinya. Dengan pelan ia pun menengokkan kepalanya, mengintip dari balik pohon tempatnya bersandar.

“Kenapa jadi Luhan?” Seorang perempuan terlihat bingung melihat temannya sedang cekikikan dengan kedua ranting yang terus dipegang dan ditempel di atas kepalanya menyerupai tanduk.

“Kau tidak  tahu Seukri? Dalam bahasa China, ‘Lu’ artinya rusa, artinya Luhan adalah rusa!” Sena tertawa merasakan hal itu cukup lucu,  tidak menunggu respon dari Seukri ia pun mulai berlari ditambah sedikit jingkatan berpura-pura sebagai seekor rusa.

Luhan mendengus merasa konyol melihat tingkah perempuan yang terus berlari berjingkat-jingkat dengan dua ranting sebagai tanduknya. Ia ingin tidur tapi entah kenapa rasa penasaran membuat otaknya menuntut untuk terus memperhatikan gadis aneh itu.

“Hiii~” Perempuan itu meringik, entah tujuannya apa. Luhan menaikkan sebelah alisnya dan hanya terkekeh begitu mendengar penjelasan selanjutnya.

“Hei! Kau ingin menjadi kuda atau rusa?” Temannya protes dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Sena tidak mempedulikan kritik Seukri dan terus mengeluarkan suara ringikan itu. “Aku tidak tahu bagaimana suara rusa, tapi kurasa suaranya sama seperti kuda.”

Luhan merapatkan kedua bibirnya berusaha menahan tawa yang meminta untuk keluar. Siapa nama perempuan itu? Luhan ingin tahu, ini masih minggu pertamanya masuk SMA dan ia belum berkenalan dengan seorang perempuan pun. Tapi bagaimana bisa perempuan itu sudah mengenal dirinya?

Luhan memutuskan kembali bersandar, ia kembali memasang earphonenya dan memejamkan matanya. Sesuatu membuat ia tidak bisa tersenyum, Luhan tidak tahu alasan pasti dibalik senyumannya, yang jelas berhubungan dengan perempuan rusa itu.

—-

“ H A P P Y  B I R T H D A Y  T O  Y O U ~  H A P P Y  B I R T H D A Y  T O  Y O U ~ H A P P Y  B I R T H D A Y,   H A P P Y  B I R T H D A Y,  H A P P Y  B I R T H D A Y  T O  Y O U U U

Luhan memiringkan kepalanya, tepat sebelum ia memegang gagang pintu toilet. Sambil mundur selangkah ia mengangkat kepalanya untuk membaca tanda memastikan apakah benar toilet di depannya ini toilet untuk pria.

Ia menggaruk-garuk kepalanya merasa yakin kalau memang ia tidak salah tujuan, tapi kenapa terdengar suara wanita di sini? Kedua mata Luhan terpincing begitu mendengar lagu selamat ulang tahun kembali terdengar. Perempuan mana yang menyanyikan lagu selamat ulang tahun di toilet pria?

Akhirnya berusaha tidak memusingkan lebih lanjut, ia memberanikan diri mendorong pintu sambil berharap perempuan ini tidak melakukan sesuatu yang seharusnya seorang pria tidak boleh lihat.

Mulut Luhan menganga saat melihat sosok perempuan yang dirinya terpantul dari cermin adalah perempuan rusa yang kemarin sore ia perhatikan. Perempuan itu tampak tidak menyadari seorang laki-laki masuk, terlalu fokus menyabuni tangannya. Masih di tengah nyanyian ulang tahun si perempuan, Luhan pun berdehem.

Sena membulatkan matanya melihat pantulan Luhan tepat berada di belakangnya “Lu-lu-luhan?”

Luhan menutup mulutnya berusaha menahan senyum, beberapa detik ia pun melepaskan kembali tangannya kembali memasang wajah datarnya. “Sepertinya kau salah melihat tanda? Ini toilet pria…nyonya—siapa namamu?” Luhan terbatuk, hanya pertanyaan itu yang terpikir kalau ia ingin mengetahui nama perempuan aneh ini.

Sena menggigit bibirnya, ia segera berjinjit untuk melihat sesuatu di balik bilik dan menemukan tempat pipis pria, menyadari kalau memang ia salah tempat karena bertaruh dengan Seukri untuk sampai ke toilet dengan mata terpejam membuatnya tidak begitu memperhatikan arah mana ia berbelok. Sena pun membungkukkan badannya berkali-kali “Ma-maaf!”

Luhan mengerutkan dahinya, bukan permintaan maaf yang ingin ia dengar, siapa namamu? Luhan bertanya gemas dalam hati.

Belum sempat Luhan mengulangi pertanyaannya, Sena segera berlari dan menutup pintu toilet dengan gebrakan, ia benar-benar panik.

—-

 

“ L U H A N !  K A U  K U R A N G  M E N E K U K  K A K I M U ! “

Luhan mendecak dan mengikuti koreksi teman yang menurutnya terlalu mengatur.

“Han! Kubilang berkali-kali jangan terburu-buru, ikuti ritmiknya!”

Sambil memutar bola mata, Luhan menghentikkan gerakannya dan menatap Jongin dengan malas “Apa lagi? Katakan semua! Aku baru menari lima menit dan kau terus mengomentari sejak detik ke sepuluh! Bagaimana aku bisa menari?”

Jongin menggelengkan kepalanya lalu menghampiri Luhan, ia melirik kanan kiri sebelum berbisik tepat di samping telingan Luhan. “Tolong berpura-pura kalau kau tidak bisa menari selama beberapa menit!”

Luhan menaikkan sebelah alisnya, ia ikut melirik kanan-kiri untuk melihat apa yang menjadi perhatian Kim Jongin. Sambil mendengus Luhan mendorong Jongin pelan “Sudahlah, aku latihan di luar saja.”

Jongin hanya mendecak pelan tapi tidak menghalangi Luhan untuk pergi. Tadi ia memang sengaja hiperbolis untuk memperlihatkan perempuan-perempuan yang sedang memperhatikan mereka kalau ia bisa mengajar, apa tadi sudah keterlaluan?  Jongin bertanya dalam hati dan hanya mengendikkan bahu, tidak terlalu ambil pusing soal kejengkelan Luhan.

—-

S A M B I L  M E N O P A N G  D A G U  D I  D E P A N  J E N D E L A Luhan yang berdiri di koridor memandang daun-daun mapel rindang yang tidak berhenti bergerak tertiup oleh angin musim gugur yang kuat. Perselisihan dengan Jongin membuatnya moodnya mendadak jelek. Selain itu, tidak mengetahui nama perempuan rusa itu, membuatnya makin dongkol, ia tidak ingin mati penasaran.

“Seukri! Semua gara-gara kamu!” Teriakan seorang perempuan dari bawah membuat Luhan langsung menundukkan kepalanya, setiap ia melamun suara yang terdengar familiar itu selalu menggangunya.

“Kan sudah kubilang Luhan tidak akan mengingat siapa kamu! Tenang saja, tunggu beberapa minggu lagi baru kau bertemu dengannya lagi.” Yang dipanggil Seukri terlihat lebih tenang dibanding perempuan yang berteriak itu. Luhan membulatkan matanya, selain karena lagi-lagi namanya tersebut, ia menyadari perempuan yang sedang bertolak pinggang itu sama dengan yang perempuan yang mengaku dirinya menjadi rusa.

“Aku berniat menyatakan perasaanku pada Xiao Lu besok lusa! Dan kau membuat imageku di matanya sebagai wanita bodoh yang tidak bisa membedakan mana toilet wanita dan pria!”

“Sena! Luhan bahkan tidak tahu siapa dirimu dan kau berniat menyatakan perasaan?”

Luhan tidak mengerti, apakah ini memang gaya perempuan kalau sedang bertengkar? Harus membentak satu sama lain? Tapi bagaimanapun juga Luhan tidak bisa berhenti berterimakasih pada yang perempuan bernama Seukri itu. Pertengkarannya membuat Luhan berhasil mengetahui siapa nama perempuan yang selama ini dicarinya dan lagi ia mendapat info menarik yang entah kenapa; Luhan suka mendengarnya.

“Hei! Kubilang panggil dia dengan Xiao Lu! Kalau ada orang lain mendengar hal ini bisa gawat!” Sena terlihat memukul pundak temannya itu. Luhan terkekeh, ia bahkan sudah mendapat nama panggilan.

“Ayo kita berbicara di tempat lain!” Seukri pun menarik tangan Sena membawanya ke tempat yang Luhan tidak bisa pantau lagi. Masih bertopang dagu Luhan memilih tetap berdiri di sana, sambil menyenandungkan lagu ia mengetuk-ngetuk pinggir jendela dengan jarinya menandakan moodnya membaik. Sebentar lagi ia akan mendapatkan pengakuan.

 “ B A A ! ”

Sena meloncat spontan melihat wajah laki-laki yang langsung muncul begitu ia berbelok di koridor. Meskipun teriakan yang ia dengar memang tidak keras, melihat close-up wajah laki-laki secara mendadak membuat keseimbangannya runtuh, ia pun jatuh.

Si laki-laki juga sama kagetnya, ia menggigit bibirnya dan segera menjulurkan tangannya pada Sena “Ma-maaf, kukira Jongdae yang akan lewat.. ah, kau sama-sama dari kelas 1-b kan? Aku Baekhyun.”

Sena menerima uluran tangan Baekhyun dan berdiri “Namaku Park Sena.” Sena tersenyum, Baekhyun menjadi teman laki-laki pertamanya.

—-

“ A I G O  L U H A N ,   M U K A M U   B E L E P O T A N   T A N A H ,   C E P A T  B E R S I H K A N ”

Kyungsoo baru saja membantu Luhan berdiri setelah temannya itu terpeleset tepat setelah menendang bola (yang untungnya masuk) menuju gawang. Luhan yang merasa berada dalam mood terbaik memutuskan menjadi penurut dan segera menganggukkan kepalanya lalu berlari mengikuti perintah Kyungsoo untuk membersihkan mukanya.

Sambil berlari ditambah jingkatan mengikuti rusa ia menyanyikan lagu Oh Luhan memang bukan penggemar SNSD tapi lagu ini benar-benar pas untuk suasana hatinya. Semua terasa menyenangkan bagi Luhan, ia tidak peduli Jongdae mentertawainya tadi habis-habisan atau Jongin yang masih saja mengkritik gerakan tarinya. Sekarang yang ia pikirkan; kapan, bagaimana, dimana, Sena akan menyatakan perasaannya. Ia bahkan sudah meminta saran Baekhyun bagaimana cara keren menerima perasaan perempuan.

Tiba-tiba Luhan menghentikkan langkahnya. Ia memajukan kepalanya dan dengan kedua mata dipincingkan ia yakin perempuan yang sedang memakai keran itu Sena.

Luhan menarik napas dan memejamkan matanya berusaha mengatur ekspresi wajahnya agar terlihat tidak memalukan karena ia tahu yang ia lakukan dari tadi hanya menyeringai.

Sambil melangkah pelan, ia pun berjalan menuju keran di samping Sena. Dan sekali lagi, ia mendengar Sena menyanyikan lagu ulang tahun.

“Kenapa selalu lagu ulang tahun? Siapa yang ulang tahun?” Luhan bertanya sambil menyalakan kerannya dengan tenang.

Sena terperanjat dan menolehkan kepalanya menemukan Luhan tepat berada di sampingnya, gelagapan ia pun menghentikan nyanyiannya. “Karena cuci tangan yang benar itu 20 detik maka setiap cuci tangan aku selalu menyanyikan lagu selamat ulang tahun dua kali.”

Luhan yang sedang membasuh kedua pipinya segera menengok pada Sena penuh tanda tanya pada wajahnya “Benarkah?”

Sena memalingkan wajahnya berusaha menyembunyikan kedua pipinya yang memanas “Ibuku yang memberitahu.”

Luhan tertawa dan mengangguk-ngangguk, ia pun mengambil sabun dan mulai menyabuni tangannya “Haruskah kita nyanyikan bersama?”

Sena menengok pada Luhan,  berusaha untuk tidak terlihat terlalu senang ia hanya menyunggingkan bibirnya sedikit, Luhan mengulum senyum menyadari pipi Sena yang memerah. Setelah itu tanpa percakapan lebih lanjut mereka berdua bernyanyi dengan sekali dua kali lirikan antara keduanya.

—-

S A M B I L  M E N G E P A L  K E D U A  T A N G A N N Y A  Sena memejamkan mata.  Mulutnya tidak berhenti menarik dan membuang napas. Sore ini keputusannya sudah bulat, ia akan menyatakan perasaannya pada Luhan.

Sambil berjalan bolak-balik di depan gerbang sekolah Sena terus memperhatikan jam tangannya. Ia menepuk-nepuk pipinya merasa melihat jam tidak akan membantu apa-apa selain menambah panik, sesungguhnya ia hanya perlu menunggu dengan tenang, lagipula sudah dipastikan Luhan tidak ada kegiatan bola sore ini.

Setengah jam pertama Sena yang mulai letih berdiri akhirnya memutuskan duduk di kursi taman terdekat. Ia menghela napas, sedikit lega mungkin ia memang diberi waktu untuk mempersiapkan diri.

“Hai Luhan, ada sesuatu yang ingin kusampaikan.” Sena berkata sendiri, memulai skenarionya. “Sebenarnya sejak pertama melihatmu—“ Ia segera menggeleng-gelengkan kepalanya merasa ada yang salah. Apa yang harus ia lakukan agar Luhan menerima perasaannya? Sena perempuan biasa yang sama sekali tidak mencolok, baik penampilan atau otak tidak ada yang bisa dibanggakan. Bagaimana seorang Luhan bisa balas menyukainya?

“Pabo!” Sena menampar dirinya, berusaha mengusir pikiran negatif dari otaknya.

Ia pun kembali memejamkan matanya, daripada terus berbicara ia memilih merancang semuanya hanya dalam hati.

—-

0 5 . 0 8 P M

Luhan menguap untuk yang ketiga kalinya. Sore ini gilirannya piket kelas. Itu artinya ia harus menghabiskan sorenya lebih lama di sekolah dengan menyapu kelas mereka. Sudah berapa kali ia berusaha kabur tapi Junhee si ketua kelas selalu berhasil menahannya.

Luhan menghela napas dan menyandarkan dirinya pada jendela. Matanya melirik ke arah luar untuk memastikan apakah Sena masih berjalan bolak-balik di depan gerbang sekolah. Luhan menelan ludah, Sena sudah pergi. Ia mengacak-acak rambutnya, jengkel, frustasi, cemas, kesempatan emasnya terlewatkan. Padahal ia yakin sore ini akan menjadi sore terindah dalam sejarah hidupnya.

Luhan pun menjatuhkan sapunya asal dan duduk di atas meja lalu mengeluarkan ipodnya.

 “Luhan?”

Luhan mengangkat kepalanya, dan melihat Junhee berjalan menghampirinya. “Apa? Dan di mana yang lain?” Luhan menengok kanan kiri saat menyadari kelas menjadi begitu sepi.

Junhee mengendikkan bahunya “Ada yang pulang karena les, ada juga yang ke toilet.” Ia berbohong.

Luhan hanya mengangguk-ngangguk, awalnya ingin protes kenapa Junhee membiarkan mereka pulang semudah itu, padahal Luhan yang sudah berusaha kabur berkali-kali selalu dipersulit olehnya. Tapi mengingat Sena sudah pergi Luhan memilih pasrah.

“Luhan.” Junhee ikut duduk di meja samping Luhan. Luhan yang baru saja memasang earphone di telinganya hanya menengok sekilas lalu kembali memilih lagu mana yang akan ia dengar.

Junhee menghela napas, ia tahu momen ini tidak akan terjadi dua kali dengan mudah. Ia bahkan berjanji akan mentraktir temannya agar mereka pergi dan membiarkan ia dan Luhan hanya berdua. “Luhan, aku memanggilmu.” Junhee memegang tangan Luhan tepat sebelum Luhan menekan tombol play.

Luhan mengernyit lalu memandang Junhee dengan bingung “Ya aku menjawab panggilanmu, katakan.” Ia pun melepaskan tangannya dari Junhee.

Sementara Luhan menunggu Junhee membuka mulutnya ia melihat serbuk kapur berada pada puncak kepala perempuan itu. “Rambutmu kotor.” Luhan menyentuh kepala Junhee dan menyibak kapur itu. Meskipun Luhan sama sekali tidak bermaksud untuk menggoda perempuan ini, ia dapat melihat kedua pipi Junhee sudah merona merah. Junhee membuka mulutnya, ini saat yang tepat.

“Besok aku akan pindah.”

Luhan hanya mengangguk, ia dan Junhee memang teman sebangku tapi ia tidak merasakan antara ia dan Junhee memiliki ikatan yang membuatnya akan kehilangan jika temannya itu pindah. Ketika ia kembali menarik tangannya selesai membersihkan rambut perempuan itu, Junhee segera menangkap jemari Luhan. Kedua mata Luhan membulat kaget, baru saja ingin minta dilepaskan Junhee menjelaskan semuanya “Kumohon izinkan aku memegang tanganmu, aku butuh kekuatan.”

Sebenarnya Luhan merasa konyol tapi Junhee di depannya saat ini terlihat benar-benar rapuh. Ia memutuskan memenuhi permintaan Junhee.

“Pertama kali aku melihatmu ketika kau sedang berlarian di koridor bersama Baekhyun, lalu menabrakku.”

Luhan diam berusaha mengingat kejadian itu, selain karena terlalu sering menabrak orang ia juga kurang ingat apakah ia sudah mengenal Junhee saat itu. Junhee tertawa kecil “Aku tahu, tidak mungkin kau ingat, setelah itu kau hanya berkata maaf sekilas dan kembali berlari.”

Luhan memiringkan kepalanya, penasaran akan dibawa kemana pembicaraan ini.

“Saat itu aku membencimu, kakiku terkilir, latihan baletku jadi hancur padahal konser seminggu lagi. Ibuku tidak membolehkanku berlatih di tempat les sehingga aku terpaksa menari diam-diam di sekolah.”

Seketika itu Luhan langsung menganga “Ah! Perempuan yang itu!” Ia ingat, beberapa hari yang lalu ia memperhatikan seorang perempuan yang sedang menggunakan ruang latihan tari, cukup mencolok karena Luhan tahu tidak ada klub balet di sekolahnya. Setiap putaran yang ia lakukan selalu gagal dan ia yakin kaki perempuan itu yang sedang bermasalah.

Junhee mengangguk kecil dan tersenyum memandang langit-langit kelas “Dan saat keluar dari ruang latihan aku melihat siluetmu yang bersembunyi di balik loker. Lalu sekotak plester tahu-tahu berada di depan pintu.”

Luhan tidak tahu apa yang harus dikatakannya, saat itu ia hanya merasa Junhee pasti akan terganggu kalau seseorang menginterupsinya, jadi ia memutuskan meletakkannya diam-diam. Apakah itu membuatnya terlihat keren di mata Junhee? “Jadi aku kau masih membenciku?” Luhan bertanya.

“Tidak.” Junhee menjawab singkat memandang lurus ke depan. “Sebaliknya aku menyukaimu.” Ia menolehkan kepalanya pada Luhan yang balas memandangnya dengan bingung. “Aku membaca pesanmu di kotak plester itu, dan semuanya benar-benar mengoreksi gerakanku.”

“Ohhh.” Luhan menggumam, saat itu ia hanya membandingkan gerakan tari Junhee dan Jongin. Jongin yang memang mengikuti kelas balet sejak kecil membuat Luhan selalu mendapat pelajaran balet darinya.

Junhee menghela napas, jemarinya makin menggenggam kuat tangan Luhan “Besok aku pindah ke China dan mungkin tidak akan kembali, aku tahu kau tidak akan menyukaiku tapi aku tetap ingin menyatakan perasaanku.”

“Mendadak sekali. kalau tahu akan pindah ke China kenapa kau sampai masuk ke sekolah ini?”

Junhee tersenyum, yang Luhan tanggapi hanya soal kepindahannya “Orangtuaku sudah resmi cerai dan aku ikut ibu pindah ke Shanghai.”

Luhan menggigit bibirnya, ia salah angkat pertanyaan. Tapi di saat seperti ini maaf tidak ada gunanya, itu hanya membuat ia terlihat mengasihani Junhee. Dan ia rasa Junhee tidak membutuhkan simpatinya. Keduanya terdiam, Luhan ingin kabur tapi sesuatu harus diselesaikan.

“Dengar Junhee, sejujurnya aku sudah menyukai orang lain, tapi kalau kau butuh pelukan..” Luhan menghentikkan kalimatnya dan menggaruk kepalanya dengan canggung “Yah untuk tempat menangis, aku bersedia.”

Detik itu juga, Junhee membenamkan wajahnya pada bahu Luhan. Cinta pertamanya, bahkan sebelum Luhan menabrak dirinya.

—-

0 4 . 5 9 P M

Baekhyun memiringkan kepalanya melihat teman sekelasnya sedang berjalan bolak-balik di depan gerbang sekolah. “Sena?”

Sena langsung menengokkan kepalanya, tertipu mengira itu suara Luhan. “Baekhyun? Kenapa kau baru pulang?” Ia curiga jangan-jangan memang ada kegiatan klub

“Ah aku ketiduran di perpustakaan. Kau sendiri? Kenapa masih di sini?” Ucap Baekhyun sambil menguap, rambutnya memang mencuat kemana-mana.

Sena menggigit bibirnya, kalau ia bilang ia mencari Luhan apakah itu akan membuat Baekhyun sadar kalau Sena menyukai Luhan? Tidak, Baekhyun tidak boleh tahu. “Apa di sekolah masih ada murid lainnya? Ini sudah cukup sore dan barangku tertinggal….a—aku malu kalau yang lain melihatku.” Sungguh itu benar-benar alasan terbodoh, terlalu memaksa dan tidak cocok dengan perempuan seperti Sena yang memang tidak tahu malu. Baekhyun sebenarnya kurang mengerti tapi ia masih mengantuk dan malas mempertanyakan alasan Sena yang ambigu.

“Masih ada Kyungsoo di perpustakaan, dan—“ Ia terdiam, berusaha mengingat adegan romantis yang tidak sengaja ia lihat. “Ah! Luhan dengan salah satu teman perempuannya sedang berduaan di kelas!”

Mata Sena membelalak, untungnya saat itu Baekhyun kembali menguap dengan mata terpejamnya ia tidak menyadari perubahan ekspresi Sena. “Ka-kalau begitu aku ambil barangku sekarang saja!” Sena pun berlari kembali memasuki sekolah meninggalkan Baekhyun yang hanya mengendikkan bahu dan kembali berjalan sambil memijit lehernya yang pegal.

Sena berlari secepat mungkin, ia ingin memastikan kalau mata Baekhyun salah. Ia harus tahu kalau ia tidak terlambat dalam menyatakan perasaannya. Skenario yang sudah ia rancang sedemikian rupa harus berhasil. Luhan bersama perempuan lain, itu di luar prediksinya.

Sampai tepat di depan kelas sebelah Luhan, Sena berusaha menenangkan dirinya. Jantungnya berdebar sangat keras sama seperti setiap saat ia bersama Luhan, dan yang menyedihkan ini bukan karena ia senang bersama Luhan, sebaliknya; takut kehilangan Luhan. Ia memejamkan matanya, dan berjalan dengan pelan.

Kedua mataya terbuka, tepat sebelum ia melewati pintu. Sena segera berjinjit untuk mengintip dari balik jendela melihat isi kelas. Selanjutnya yang terjadi hanya membuat lututnya terasa lemas. Sena menggelengkan kepalanya, seperti drama, pasti ini hanya kesalahpahaman. Ia kembali berdiri dan pemandangan kembali berganti, tangan Luhan dan perempuan itu memang sudah terlepas, tapi kali ini kedua tubuh mereka yang menyatu. Itu pelukan termanis yang Sena lihat, seperti manhwa yang selalu dibacanya, di atas meja, diterangi matahari sore yang masih terik menjadikan tubuh mereka sebagai siluet. Si pemeran pria sangat tampan, perempuannya juga cantik, sempurna. Sena dengan tangannya yang masih gemetar berusaha mengambil tasnya yang terjatuh. Ia berjalan pelan tidak ingin merusak momen Luhan. Mungkin memang bukan Luhan. Sena kalah telak bahkan sebelum ia memulainya. Memanggil Luhan dengan Xiao Lu hanya akan terjadi diangannya.

—-

B A E K H Y U N  M E N J A T U H K A N  D I R I N Y A  D I  A T A S  K U R S I   T A M A N. Janji bermain game bersama Chen dibatalkan, begitu ia menelpon Chen kenapa telponnya tidak diangkat, Chen mengatakan ia sedang berkunjung ke tetangganya untuk perayaan anak mereka yang mendapat rangking satu. Hal itu membuat Baekhyun tidak habis pikir, kalau rangking satu saja dirayakan akan seperti apa Kyungsoo menjalani hidupnya?

“Baek—hyun?”

Baekhyun mendongakkan kepalanya dan melihat Sena kembali berada di hadapannya “Sena? Barangmu sudah diambil?”

Sena hanya mengangguk-ngangguk lalu ikut duduk di sebelah Baekhyun. Tangisannya tidak bisa ditahan lagi, bagaimanapun juga ia memang cengeng, tidak peduli Baekhyun akan menganggapnya apa ia pun menangis.

Baekhyun pun menghela napas, setiap ibunya menangis ia selalu melakukan hal itu, sederhana tapi efektif. Ia menggeser posisi duduknya hingga bahu mereka bersentuhan “Hei Sena, kau hanya perlu percaya semua akan menjadi lebih baik.” Baekhyun meraih Sena dalam rangkulannya lalu menepuk-nepuk bahu perempuan yang terus bergetar itu. Ia memang tidak tahu masalahnya dan ia rasa ia tidak perlu bertanya, hal yang perlu ia lakukan hanya meyakinkan Sena kalau ini bukan akhir dari segalanya.

Sore itu Baekhyun menjadi pahlawan Sena tapi sebaliknya menjadi penghancur Luhan. Luhan yang awalnya ingin menyahuti temannya yang ia kira sedang berkencan itu segera merasakan dunianya terbalik saat melihat Sena lah yang berada dalam rangkulan Baekhyun. Ada kesalahan, kenapa jadi Baekhyun? Sebenarnya siapa Xiao Lu bagi Sena?

—-

S E M E S T E R  S E L A N J U T N Y A ,  K E L A S  B E R G A N T I .  L U H A N  D A N  S E N A  S E K E L A S

Tidak semanis yang masing-masih dari mereka harapkan. Minggu pertama, Sena menyatakan perasaannya pada Baekhyun. Byun Baekhyun menerima Park Sena. Luhan membenci Sena.

Belum selesai.

Baekhyun dan Sena selesai. Seo Nami masuk; menyukai Do Kyungsoo. Baekhyun menyukai Nami. Sena menyukai Sungjong. Luhan masih di sana, membenci Sena.

_________________________________________________________________

Author’s note: Wew akhirnya terekspos juga sejarah di balik side pairing kita Luhan & Sena ^^

Ada yang menshipping mereka? haha karena Sena itu………….terinspirasi dr karakter author sendiri! LOL bedanya di kehidupan nyata aku masih suka sama Kyungsoo :3

Dan nyadar  ga beberapa hari ini ada marathon update dari pikrachu? Janji ditepati, habis hiatus langsung banyak update~ hehe tapi habis ini permisi sebentar sampe tanggal 7 desember ^^ Enggak lama tapi entah kenapa merasa harus ngasih tau para pembaca~ Btw author yg lain masih rada sibuk sekolah jadi kalau blog ini sepi yah sudah biasa, karena kita ngebikin blog ini hanya untuk menyalurkan hobi 🙂 

Yosh yosh! Semangat ! Btw selamat EXO mendapat penghargaan kemarin di MAMA =w= dan semoga kaki Kyungsoo segera sembuh. Amin.

until the next chapter, bye~

18 thoughts on “Detour’s Side Story; Luhan’s

  1. /ngerasa SEDIKIT kasian sama Luhan
    Miris banget nasibnya: “Luhan masih di sana, ‘membenci’ Sena”

    /hands up
    LuNa shipper is here! (karena namanya gak mungkin LuSe, nanti jadinya… o_o”)

  2. oohhh jadi begini kisah cintanya sena sama luhan. sebenernya aku gak begitu fokus sama mereka, baru mulai ngerasa penasaran pas luhan ngelempar batu ke sena pas upacara itu. eh langsung ada luhan side storynya ahaha
    jadi suka juga nih sama couple ini 🙂 kasian senanya, luhannya jga kasian :’)

    trus sena bukanya naksir diyo ya? atau sungjong? suka diyo dulu atau sungjong dulu nih :O
    chapter selanjutnya secepatnya thooooorr.. penasaran nget nget :3

    • iya berhubung side-pairing sengaja enggak kuekspos tapi karena hubungan mereka menarik kubuat side storynya ^^ mereka sama2 miris nasibnya 😐
      sena itu kaan….labil. Dia emang suka d.o terus ditolak dan jadi benci bgt, dan kalau sungjong dulu banget sukanya, yah kisah lama lah. Sekarang Sena lagi suka sama jongin -_-;;

  3. Aaah aku kelewat chapter yg ini, bete deh
    Tapi asdfghjkl ini sweeet bangeeeeeet!!!
    Seratus persen aku dukung sena-luhan! Ah lagian si sena kenapa pake ga nyatain perasaannya segala sih, kan kalo gini jadi salah paham huweee
    Aku mohon thor (?) Buat sena dan luhan bersatu, yah? Hiks

  4. Hai eonthor-nim~ hm… Aku reader baru disini. Kemaren aku nyasar kesini gara-gara abis nyari ff rekomen, trs ngeliat ada yg nge-rekomen ff ini (ini mah bukan nyasar namanya-_-). Dan wow! Aku suka bangettt. Tapi ternyata udh banyak ya chapternya;_; aku bisa apa selain ngebaca ini semua dari awal. Dan sekarang aku baru nyampe chapter ini, aku pun juga baru mulai comment di chapter ini;;;;_;;;; astaga, maafkan aku.

    Ini keren banget, seriusan. Kenapa aku mulai comment di chap ini? Karena aku emg rada penasaran sama kisahnya luhan-sena. Entah knp dari awal aku merasa “pasti sebelumnya ada sesuatu diantara mereka”, and, yeah! Kejawab sudah. Ternyata emg bener ada “sesuatu” sebelumnya.
    Tapi jujur;-; aku suka couple luhan-sena;;v;; menurutku mereka manisssss gitu masa;-; walaupun yang pas lari estafet itu luhan-nami sempet menarik perhatian aku, karna lucu aja gitu pas baca jejak sepatu yang ada dimukanya luhan xD. Aku ngakak sama itu sumpah. Tapi begitu ngeliat reaksi sena sama arah pandang luhan yang tiba-tiba langsung ke sena, itu aku makin penasaran sama mereka berdua;;;-;;; dan seriusan aku suka mereka;;-;;

    Yeah aku tau ini udh lamaaaaa banget, but who care? Aku nyangkut disini baru sekarang-sekarang ini;___; lagipula kalo aku ga sama sekali ninggalin comment sedikitpun kan kurang ajar/?;_;.

    Pokoknya ini keren banget, dan sekarang aku mau lanjutin baca sampe update-an terakhir ini;-; tapi yeah, mungkin aku gabisa nge-comment-in semuanya satu-satu;____; (lagi pula emang comment aku penting apa-___- ini kan udh jauh banget-__-).
    Intinya, keep writing! Eonthor fighting!!!^^

    P.S: oiya! Aku gatau udh ditentuin atau belum pairingnya chaeri karna aku baru kelar nyampe sini, tapi…. Aku suka Baek-Chae^^ maafkan aku bang usoo~ hehe;-;

  5. Pingback: Rekomendai Fanfiction | Anggi Nindya Sari

  6. oh..oh.. jadi gitu tho
    ya ampun.. hei! *teriakin luhan ama sena
    kalian itu salah paham..
    ih.. greget bgt deh
    miris yah nasib kalian..
    smoga nnt mreka ber1
    wew. sy pairing LuNa hehe

  7. bwahahaha kisah cinta para cast mbulettt ribet wkwk aku suka luhan senaaa.. cocok diliat dari cara mereka bertengkar *lho? kwkwk jadi karena salah paham -_- doh nakkkk, dari mana nya baekhyun bisa dipanggil xiao lu, luhan pe’a ngambil keaimpulannya.

  8. Pingback: rekomendasi ff exo berchapter | choihyunyoo

  9. Pingback: rekomendasi ff EXO berchapter part 1 | choihyunyoo111's Blog

  10. oooo… ternyata sejarah luhan sama sena gtu.. 😦 sedihh gereget campur aduk deh..
    hanya kesalahpahaman semata..
    dan yg bikin kaget ternyata mereka blum sempet jadian.. haha…aku kiraen sena itu mantan luhan..
    gg tau nya sena mantan baekyun yg gnteng ituu..

  11. Kasian sena ga jadi nyatain perasaannya karena kesalah pahaman doang, dan sialnya dia ga mau nyari tau latar belakang kejadian itu. Luhan benci sama sena karena sena yang suka sama baekhyun, kyungsoo dan sungjong selebihnya (mungkin) dia masih suka sama sena. Dan untuk masalah sena sama luhan sejujurnya aku penasaran di chapter sebelumnya, luhan yang manggil nami tapi sena malah ikut-ikutan ngeliatin luhan yang manggil nami, nah aku penasaran di situ dan sepertinya nami maupun luhan masih merasakan hal yang sama.

    Kalo masaha nge-shipper’in atau ngga, ya, aku jadi shipper untuk couple ini. Kenapa? Karena mereka itu hanya satu pasangan yang udah pasti aja menurut aku, ngga kaya baekhyun-kyungsoo-chaeri yang hubungannya masih membingunkan.
    Nah terakhir, aku ga bakal panjang-panjang, izin aja baca chapter 10nya 😀

Leave a reply to Refani Nabila Z (@refaninabila) Cancel reply