Catching Feeling [7/?]

#07 –  How it is

L U  H A N

 

Hari ini aku sudah menonton Frozen tiga kali. Sebosan itulah aku sekarang

Hal seperti ini selalu terjadi setelah hari besarmu muncul membuat sisa hari setelahnya menjadi antiklimaks yang tenang dan kadang membosankan. Ngomong-ngomong hari besarku adalah kemarin lusa.

Tepatnya agak sore ketika aku sedang menunggu kepulangan bibiku di bandara. Bianca masih hilang dan untuk mengurangi hukuman yang kudapat aku membelikan hadiah untuk bibiku, baju khusus kucing ternorak yang pernah kulihat karena semakin kau berpikir tidak akan ada yang mau memakai baju itu semakin tinggi nilai estetik nya dimata bibiku. Beberapa hari terakhir aku berharap bibiku tidak akan pulang, aku berharap ia bertemu dengan mantan suaminya di Jeju dan tinggal bahagia selamanya di sana. Tapi aku tahu kadang hidup tidak selancar yang kau harapkan, aku sudah bersiap dengan tamparannya atau diusir dari rumah, dan tepat ketika pemberitahuan pesawat dari Jeju landing terdengar ponselku berbunyi.

Suara Kyungsoo terdengar dari ujung sana.

“Aku melihat Bianca.” Ia berbicara dengan datar, aku sempat berpikir laki-laki itu sedang bercanda tapi, hei, Kyungsoo tidak pernah bercanda. Jadi aku menelan ludah dan berusaha mencari suaraku kembali.

“Di mana kau melihatnya? Sudah kau amankan? Aku tidak keinginan kehilangan kucing sialan itu lagi.” Aku memelas padanya.

“Dia di rumah tetanggamu. Kau ingat anak perempuan yang pernah menempelkan permen karet pada rambutmu? Kurasa dia mengambil Bianca. “

Oke, semuanya terlalu mendadak. Aku punya banyak musuh di perumahan itu. Sulit mengingat anak mana yang menyimpan dendam padaku. “Tunggu. Aku ingat anak yang itu. Apa dia masih dendam karena hamsternya dimakan Toby?”

“Entahlah, yang jelas saat aku kebetulan melewati rumahmu aku melihat Bianca keluar dari rumah tetanggamu. Aku tidak bisa berurusan dengan anak kecil jadi sisanya masalahmu. Kalau begitu aku pergi oke?”

“Tunggu! Apa kau bisa memastikan Bianca baik-baik saja di sana? Dia tidak terlihat lebih kurus kan?”

Aku dapat merasakan Kyungsoo sedang memutar bola matanya. “Aku melihatnya dari dalam mobil jadi aku tidak bisa memastikan apakah beratnya turun atau tidak. Yang penting Bianca sudah ditemukan jadi kau bisa mengatakan pada bibimu tetangga kalian merengek ingin bermain dengan Bianca dan kau aman. Masalah selesai.”

“Tapi kau yakin itu Bianca?”

“Yakin, aku melihat satu kaki depannya berwarna putih.”

“Aku takut itu hanya ilusi Kyungsoo, coba kau—“

Dan Kyungsoo mematikan panggilannya. Aku tidak mencoba memanggilnya kembali karena aku tidak ingin perasaan lega ini menghilang. Lebih baik aku percaya pada mata minus Kyungsoo kalau masalah ini selesai.

Jadi ketika aku kembali memasukkan ponselku pada kantung celana dan mengangkat kepala memandang dunia, semua terasa berbeda. Bandara yang tadi terlihat suram tiba-tiba terasa diberi filter terbaik, aku merasa berlebihan tapi sesenang itulah aku sampai ketika bibiku keluar dari pintu kedatangan aku segera memeluknya. Aku merasa sangat senang, terlalu senang oke? Bianca ditemukan. Bianca ditemukan.

 

***

“Aku tidak peduli kau sebosan apa Lu Han tapi kau tidak perlu membangunkanku pagi-pagi demi sarapan bersama.” Kyungsoo dengan matanya yang tampak masih mengantuk menuangkan sirup mapelnya pada pancake. Rambutnya masih mencuat kemana-mana karena aku tidak membiarkannya berkaca sejak ia bangun tadi.

Aku tertawa dan  menghabiskan croissantku dengan dua kali gigitan. Ide mendatangi Kyungsoo begitu saja muncul ketika aku menyiapkan sarapan dan sadar betapa  bosan aku dengan susu dan cornflakes. “Harusnya kau berterima kasih aku cukup peduli padamu, belakangan ini kau hanya memakan ramyun kan? Lagipula bibiku menang di kontes kucing itu dan membagi seperempat hadiahnya untukku, jadi pagi ini aku mentraktirmu.”

Setelah menguap untuk kesekian kalinya pagi itu ia menatapku serius. “Tapi aku tidak akan memotong utangmu, traktir dan membayar utang adalah hal berbeda.”

“Mengerti Tuan Do. Kau selalu mengatakan itu bahkan ketika aku memberikanmu sekaleng soda.”

“Lalu kau sudah mengambil Bianca?”

“Sudah, tentu saja.” Aku tersenyum mengingat bagaimana Bianca justru tampak lebih segar setelah berpisah denganku beberapa hari. “Nama anaknya Ara, dia mengatakan padaku kalau dia mengambil Bianca karena dendam pada Toby yang memakan hamsternya.”

“Lalu apa hubungannya?” Kyungsoo menaikkan alisnya bingung. Menyangkut hal soal emosi hewan aku harus mengakui kalau Kyungsoo agak terbelakang.

Duh, Bianca istri Toby. Tentu saja ketika Bianca hilang Toby sedih.”

“Oh. “ Sambil memakan pancakenya ia mengangguk, bercerita dengan Kyungsoo harus selalu bersiap dengan segala respon datar yang akan ia berikan, dan aku sudah terlalu terbiasa dengan hal itu. Berbicara dengan dirinya seperti kau berbicara dengan robot yang hanya disetting dengan respon ‘oh’ atau ‘hmm’. Dan karena aku menyukai robot aku tidak bermasalah soal itu.

“Ngomong-ngomong Kyungsoo. Karena kau sudah menemukan Bianca tentu saja kau akan mendapat imbalan.”

Kali ini Kyungsoo mengalihkan pandangannya dari pancake dan menatapku. “Tidak perlu, lagi pula aku menemukannya tidak sengaja.”

“Tidak! Aku laki-laki yang memegang janji dan aku sudah menuliskan di brosur jumlah won yang akan kuberikan pada siapapun yang menemukan.” Aku menghela napas, lalu membuka tas dan mengambil amplop berisi 5000 won yang Sarang pinjamkan padaku.

Kyungsoo menatap amplop itu dengan enggan. Sekarang kami berdua terlihat seperti sedang melakukan transaksi barang ilegal. “Kau tahu kan, memberi hadiah dan membayar utang adalah—“

“Hal. Yang. Berbeda. Aku sangat mengerti itu. Dan kau selalu mengatakan itu setiap aku membelikanmu sekaleng soda.”

“Kau sudah mengatakan itu padaku tadi.

“Itu karena kau mengatakan hal yang sama juga.”

Kami terdiam selama beberapa detik sampai akhirnya Kyungsoo menaikkan bahunya lalu melanjutkan sarapannya. Setelah menegak habis jus jeruk tiba-tiba aku ingin tertawa, jus jeruk ini mengingatkku pada Sarang.

“Aku nyaris ingin menuliskan hadiah kencan seharian dengan Lu Han tapi Sarang mengatakan lebih baik aku memberikan uang. Sekarang aku berterima kasih padanya karena saat itu sama sekali tidak terpikir kalau laki-laki bisa saja menemukan Bianca.”

Aku tahu menyebut nama Sarang membuat perubahan kecil pada tingkah Kyungsoo. Kali ini tanpa memandangku ia terbatuk. “Kenapa tiba-tiba Sarang?”

Well, perempuan itu banyak membantuku. Asal kau tahu uang itu juga aku pinjam dari Sarang.”

“Bukankah kau baru bilang kau mendapat seperempat hadiah dari kontes kucing kenapa kau tidak memberikan itu padaku?” Dengan kening berkerutnya ia memandangku tidak terima, mungkin ide ia menyimpan uang dari Sarang tidak terlalu menyenangkan baginya.

“Tidak apa-apa. Sarang tulus dan aku akan mengganti uang Sarang dengan uang hadiah kontes itu.” Sambil menaikkan bahu aku mengambil potongan pancake Kyungsoo, bagaimanapun juga aku sudah telanjur berutang pada Sarang.

“Terserah.” Kyungsoo memutar bola mata, kali ini ia mengambil croissant jatahku.

 

 

S A R A N G

 

Aku meletakkan donat Krispy Kreme yang Nara pesan di atas laci kecil sebelah kasurnya sementara Minseok duduk di sofa sudut ruangan atas permintaan Nara (ia tahu aku sedang marah dengan Baozi).

Sambil menghela napas aku duduk di pinggir kasur. Kabar Bianca sudah ditemukan baru kuketahui tadi dari Minseok, Lu Han yang kupikir akan menjadikanku sebagai orang pertama yang diberitahu olehnya justru sama sekali tidak bisa kuhubungi.

“Bagaimana Bianca ditemukan?”

Minseok yang sedang membaca National Geographic menaikkan bahunya. “Tidak tahu.”

“Kau tahu kenapa Lu Han tidak mengangkat telponku?”

Ia hanya menaikkan bahunya. Aku tidak tahu apa yang membuatku tiba-tiba kesal. Mungkin alasan Lu Han mengabaikanku bisa dipakai tapi melihat Baozi begitu tenang membaca majalah dan tahu dari Lu Han kalau Bianca ditemukan benar-benar membuatku kesal, laki-laki itu bahkan tidak membantu Lu Han mencari Bianca. Aku yang selama ini membantu sahabatnya, membuat brosur, menempelkan brosur, bahkan meminjamkan uang—

“Kau ingin bertemu Lu Han? Aku tahu di mana dia. Berhenti menatapku seperti itu.” Minseok menghela napas, ia menyadari aku tengah mengutuknya lewat tatapanku.

“Tidak mau, aku tidak sudi satu mobil dengan Baozi.”

“Seperti aku akan mengantarmu.” Ia mendengus dan menutup majalahnya lalu meraih komik. “Aku hanya akan memberitahumu di mana Lu Han.”

“Di mana dia?”

“Di apartemen temannya itu— aku lupa siapa—“ Minseok mengelus dagu, seluruh tingkah ketidaktahuannya malah terlihat pura-pura, aku tahu dia menyembunyikan sesuatu.

“Temannya yang mana? Jongdae? Baekhyun—“

“Ah aku ingat!” Ia menjentikkan jarinya, aku setengah berharap Baozi akan menyebut sebuah nama yang tidak kukenal, lebih baik nama itu daripada—  “Kyungsoo. Kyungwoo atau Kyungsoo tapi kurasa Kyungsoo.”

L U  H A N

 

Aku menghabiskan tidur siang di apartemen Kyungsoo karena laki-laki ini memiliki sofa pijat di apartemennya. Setelah ingat ada janji makan siang dengan Baozi aku baru membuka ponsel dan wow Sarang memberikan 23 misscall.

“Halo Sarang?” Ia menerima panggilanku tepat dering pertama.

“Halo? Boleh tahu siapa ini?” Pertanyaan itu membuat tertawa.

“Maaf?  Kau baru menelponku setidaknya 23 kali.”

“Dan aku lupa kenapa aku melakukannya. Bye.” Sarang mematikan telponnya. Aku hanya bisa mengerjapkan mata.

Lee Sarang marah padaku. Aku sering membuat wanita marah, terlalu sering sampai kadang aku berpikir mungkin bakatku adalah membuat wanita marah. Kebanyakan dari mereka selalu marah ketika aku tidak mengangkat telpon, terlalu lama membalas pesan, atau kadang lupa menjemput mereka, tapi Sarang marah padaku? Aku tidak bisa menemukan alasannya.

Setelah sadar aku tidak akan tahu apa penyebab Sarang marah selain bertanya pada dirinya aku mencoba menelpon Sarang, sesuai dugaan kali ini ia tidak mengangkat.

Sesuatu mungkin terjadi, mungkin seseorang memfitnah aku mengatakan hal yang buruk di belakang Sarang seperti yang sering terjadi manhwaI tapi siapa orang itu?

Atau mungkin—“Lu Han!”

Suara itu membuatku menengok dan aku menemukan Dambi sedang berjalan menghampiriku. “Oh. Hai Dambi. Kejutan melihatmu sendirian di hari Minggu.”

Perempuan itu hanya tertawa kecil, dulu aku menemukannya sebagai tawa yang manis, sekarang pun masih sih hanya saja tidak semanis yang dulu. “Mau makan siang bersama?”

Rencanaku hari ini adalah makan siang dengan Kim Minseok, beberapa hari yang lalu ia mengatakan baru menemukan restoran yang memiliki homemade beef burger super lezat. Aku tidak peduli soal homemade atau fast food tapi Minseok mengatakan hal itu ketika aku baru menonton iklan burger dengan perut kosong, jadi aku segera berjanji ayo besok kita ke sana padanya.

“Lu Han? Jadi? Ada Waktu?” Dambi menggerakkan tangannya di depan wajahku, beberapa detik lalu aku pasti terlihat sinting memikirkan menu yang Minseok besar-besarkan padaku. Berbeda dengan Minseok jika aku makan siang dengan Dambi, aku bertaruh perempuan itu akan memesan delivery service langganannya yang jumlah kalorinya sudah dipastikan tidak akan membuatnya takut melihat timbangan berat badan.

“Baiklah— Ayo.” Tapi aku tidak pernah bisa menolak Dambi. Masih belum bisa.

 

 

***

S A R A N G

Pada akhirnya aku tetap berada di rumah sakit, seharian menemani Nara sementara kakak laki-lakinya pergi mengatakan ada pertandingan dan ia harus mencetak homerun sehingga aku harus memaklumi Minseok dan gantian menjaga Nara.

Dokter Kim terlalu sibuk dengan jadwal prakteknya, kita tidak bisa mengharapkan wanita karier seperti Ibu Kim untuk menemani Nara jadi di sinilah aku membaca novel yang Minseok bawa untuk Nara karena aku benar-benar tidak tahu apa lagi yang harus kulakukan untuk menghabiskan waktu.

“Dulu kau mengatakan kau membenci dongeng.” Nara memandangku heran setelah selama lima belas menit aku berhenti mengoceh soal Asian Next Top Model lalu memilih berfokus pada Peter Pan yang sedang terbang membawa anak-anak kecil menuju Neverland.

“Peter Pan pengecualian.”

Ada sesuatu yang berbeda tentang Peter Pan. Ada perasan spesial menyenangkan yang bisa kau dapatkan hanya jika kau mengerti cerita ini.

“Bagaimana Kyungsoo?”

Dan Nara selalu tahu cara untuk mengalihkan perhatianku, aku tahu dia bosan karena aku sibuk dengan buku yang seharusnya ia baca.

“Kyungsoo? Dia masih sama. Aku selalu bertanya kapan laki-laki itu berubah, seperti kapan dia menjadi bajingan dan aku bisa membenci dirinya sepenuhnya.”

“Sehingga kau bisa berkata ‘untung aku putus dengan laki-laki seperti itu’ jadi kau tidak perlu menyesal. Sarang-unnie tahu kalau Kyungsoo tidak salah. Dia hanya laki-laki seperti itu. “

Kalimat Nara membuatku tidak nyaman. Dia benar. “Aku tahu Kyungsoo tidak pernah selingkuh, ew, dia terlalu keren untuk melakukan itu. Tapi sesuatu membuatku merasa Kyungsoo berhenti menyukaiku saat itu.”

“Itu karena saat itu kau menyebalkan. Tidak ada yang suka dituduh oke? Dan kau membuat semuanya berlebihan.”

“Dan Kyungsoo membenci hal yang berlebihan.” Entah kenapa aku menambah pernyataan Nara.

“Menurutku, satu-satunya kesalahan Kyungsoo adalah—“

“Nara hentikan. Kau terlalu kecil untuk menilai seorang Kyungsoo. “

Nara tertawa dan aku beranggapan dia tahu kalau aku benar-benar takut mendengar penilaiannya.

 

***

 

 

L U  H A N

Satu-satunya wanita yang kubenci adalah Prof. Song yang selalu memberikanku nilai c minus untuk Bahasa Inggris. Aku tahu Bahasa Inggrisku tidak terlalu jelek (aku bisa menonton Frozen tanpa subtitle oke?) tapi mendapat c- artinya sebanding dengan Kim Jongdae yang terakhir kudengar masih tertukar antara bahasa Inggris sebelas dengan gajah.

Sarang mengatakan Prof. Song membenciku karena aku pernah mengencani anaknya, aku bahkan disuruh berterima kasih karena Prof. Song tidak memberiku nilai D.

“Apa ibuku masih memberimu c minus?” Dambi membuka topik, ia selalu mengangkat nilai bahasa Inggrisku sebagai pembuka pembicaraan.

“Maaaasih, aku bahkan sudah mencontek Sarang yang pernah homeschooling dua bulan di London dan nilaiku masih c-.

Dambi menaikkan satu alisnya kaget, entah soal masih mendapat nilai c-  atau aku pernah mencontek Sarang.

“Kau dekat dengan Sarang? Setahuku dia hanya satu sekolah denganmu?” Sambil mengunyah saladnya ia menatapku curiga.

“Dulu aku seniornya, lalu aku turun kelas dan kami jadi teman sekelas dan aku baru tahu—“ Kali ini setelah mengelap mulutku yang belepotan dengan saus Jajangmyun aku mendekatkan mukaku padanya. “Dulu ia menyukaiku.”

“Dan?”

“Dan sudah berhenti menyukaiku.“ Jawabku sambil menaikkan bahu malas. Sementara Dambi sibuk memisahkan pir dan apel dari saladnya aku melirik isi kamar tidurnya. Ia masih memajang fotonya bersama Jongin. “Hei aku sudah melakukan permintaanmu, memukul Jongin dan sesuai perjanjian, aku ingin testku minggu depan minimal mendapat nilai B-“

“Lalu bagaimana Jonginnya?”

“Katanya aku tidak perlu ikut campur dan boleh aku bertanya kenapa kau memutuskan Kim Kai kalau kau masih menyukai Kim Kai?” Aku menatapnya jengkel, setelah drama kecil itu nenek yang selalu memberikanku es krim gratis kebetulan melihat dan berhenti memberikan es krimnya padaku mengira rupanya aku hanya anak badung yang tidak pantas mendapat es krim gratis.

“Jongin mengira aku menyukaimu, aku tidak tahu, apapun yang kukatakan dia tidak percaya padaku dan karena aku tidak tahan aku memutuskannya. Dan kau tahu? Dia tidak protes sama sekali, reaksinya persis seperti orang yang sudah lama menunggu untuk diputuskan.”

“Lalu? Kenapa aku harus berakting menyukaimu?” Aku mulai bosan dan tanpa sadar menguap lebar.

“Kupikir aku bisa memastikan Jongin apa ia cemburu atau tidak. Dan ternyata tidak, berarti selama ini ia benar-benar tidak menyukaiku. Ia menyukai Sarang.”

Kesimpulan Dambi tiba-tiba meleset terlalu jauh, dan aku yang terlalu malas meluruskannya merasa lebih baik aku pulang sebelum perempuan ini melampiaskan rasa kesalnya padaku.

Sambil berdiri aku memasang tatapan simpati terbaikku padanya “Aku tidak akan bertanya kenapa jadi ada Sarang. Tapi aku penasaran, kenapa ia mengira kau menyukaiku?.”

“Itu karena kau selalu menempel padaku agar aku membujuk ibu memberimu nilai diatas c-!!” Tahu-tahu Dambi meraih bantal dari kasurnya, sudah kubilang lebih baik aku pulang.

“Aku akan berhenti setelah aku mendapat nilai A!”

Setelah mengatakan kalimat yang selalu kukatakan setiap aku bertemu dengannya aku berjalan meninggalkan Dambi yang hanya mendecak dan membanting pintu tepat setelah aku keluar dari kamarnya.

Jika kalian bertanya seperti apa hubunganku dengan Dambi, aku hanya akan menjelaskan awal mula kami dekat dan kalian bisa mengambil kesimpulan sendiri. Aku berkenalan dengan Dambi lewat surat. Kami sahabat pena jika kau tidak mengerti maksudku.

Semua bermulai karena liburan musim panas tahun lalu adalah musim panas paling membosankan. Bibiku yang suka bertukar kartu pos dengan mantan suaminya mengatakan lebih baik aku mencari sahabat pena di tengah era modernisasi. Jadi karena aku bosan dan mencari sahabat pena di tengah era modernisasi terdengar keren aku memutuskan melakukannya, siapa tahu berakhir mendapat wanita yang bisa kujadikan semacam kenangan musim panas?

Yah aku bertemu Dambi. Lewat surat.

Suatu saat kami memutuskan akan bertemu. Aku yang saat itu berpura-pura sebagai mahasiswa jurusan arsitektur yang sedang mendapat proyek untuk membangun gedung berlantai 68 memutuskan akan mengaku bahwa selama ini aku berbohong. Saat itu Dambi mengundangku makan malam dirumahnya, dari suratnya ia mengatakan ayahnya bisa memasak Lumpia Bebek Peking dan aku langsung mengiyakan karena kalian harus tahu, aku menyukai bebek.

Bagaimana pun juga Dambi hanya semacam kenangan musim panas, tidak terlalu penting soal dia jadi membenciku atau tidak. Dan setelah aku meluruskan semua kebohongan, ia malah menyukaiku. Ia mengatakan pria yang mengambil hukum berarti seorang penegak keadilan.  Tentu saja aku tersanjung, meskipun aku kasihan karena maaf Dambi, aku bukan penegak keadilan seperti yang kau harap.

Dambi bukan wanita yang membosankan, dia seru dan sebagainya, karena itu lah aku menerimanya. Dan karena kalian tahu aku bajingan maka aku memutuskan hubunganku setelah dua minggu, kejadian itu membuat Dambi menangis dan itulah awal mula C minusku.

Tambahan.

Dulu aku tidak pernah tahu dia anak dari Prof. Song. Ketika aku datang ke rumahnya hanya ada ayahnya dan foto pernikahan yang terpajang di ruang tamu rumah mereka sama sekali tidak mirip dengan Prof. Song yang kukenal di kelas (well tentu saja tidak mungkin ia memakai kaca mata tebal untuk pernikahannya).

***

 

S A R A N G

Hal pertama yang kulihat ketika membuka pintu kelas pagi ini adalah Lu Han yang biasanya datang terlambat lima belas menit sekarang duduk sopan di atas kursi baris paling depan, laki-laki itu berusaha memasukkan isi pensil pada pensil mekaniknya sampai tidak menyadari aku sudah berdiri tepat di depan pintu. Kalau aku tidak marah padanya mungkin aku akan berlari menghampirinya dan mengacak rambut Lu Han sambil berteriak ‘wah aku bangga padamu’ tapi aku marah jadi aku memutuskan kembali menutup pintu dan bersandar di dinding koridor menunggu siapapun masuk agar aku tidak perlu berduaan dengan laki-laki itu di kelas.

“Halo Lim Sarang.” Seseorang menepuk bahuku, aku menengok malas karena orang itu salah menyebut margaku, yang kutemukan ternyata adalah Kim Jongdae dengan senyuman lebarnya, dia tidak pernah menyapaku sebelumnya jadi aku tahu ada sesuatu di balik semua ini.

“Apa?” Aku menatapnya selidik. Jongdae terlihat kecewa karena aku tidak meralat kesalahannya. Aku sengaja tidak protes soal marga Lim, laki-laki itu akan bosan karena candaannya tidak mendapat respon dan itu tujuanku agar dia bosan dan pergi.

Jongdae menghela napas dan mengeluarkan selembar amplop dari kantong kemejanya “Jadi aku hanya ingin memberimu surat ini, aku punya teman di klub drama dan dia mengatakan dia menyukaimu.”

“Lalu kenapa harus surat cinta?” Aku masih melirik surat itu, belum mau memegangnya sekalipun amplop biru itu terjulur tepat di depan mataku. “Kenapa dia tidak mengatakannya langsung?”

“Dia pemalu oke? Baca dan terima saja.”

“Aku tidak mau.”

“Kau yakin tidak akan menyesal? Kau kan belum tahu siapa laki-laki ini, maksudku bisa saja dia pewaris restoran ayam terkenal? Atau bagaimana kalau dia cucu dari Lee Sooman? Katakan dia adalah calon pemegang nobel—“

“Oke, aku ambil.”

Sambil memelototi mata Jongdae aku merebut amplop dari tangannya, langsung berjalan pergi dari depan pintu kelas sebelum Lu Han menyadari suara lengking Chen dan terpancing keluar dari kelas.

Surat cinta. Aku bahkan tidak tahu surat dan cinta bisa berada dalam satu kalimat karena ew bagaimana bisa cinta disampaikan lewat tulisan? Apa si penulis akan berpikir aku akan terharu dengan tulisannya? Apa ia percaya diri dengan kata-katanya? Aku tidak peduli dia pewaris restoran ayam, seseorang yang menulis surat terdengar pengecut bagiku.

 

***

 

Aku bolos jam pertama.

“Minseok! Ada yang memanggilmu!” Yifan atau Kris atau Kevin satu-satunya teman Minseok yang kutahu berteriak menyahut Baozi yang kuintip di jendela tadi masih membaca di sudut ruangan kelasnya.

Aku berdiri gelisah di depan kelas Minseok. Kakiku tidak bisa berhenti mengetuk lantai karena harapanku saat ini hanyalah Kim Minseok. Berharap pada satu hal terlalu beresiko dan aku tidak terbiasa.

Beberapa detik kemudian sudah di depanku, memandangku keheranan karena ia tahu aku paling benci gedung jurusannya. Dulu aku pernah bersumpah tidak akan menginjakkan kaki ke gedungnya.

“Aku pikir kau marah padaku dan membenci gedung ini?”

“Marahku pindah ke Lu Han. Dan karena ini siang hari aku tidak bermasalah datang ke sini.”

“Sudah kubilang tidak ada hantu di gedungku.” Minseok memutar bola mata.

“Aku tidak akan membahas soal hal itu sekarang. Jadi Baozi langsung saja. Kau bisa membantuku?”

“Bantu apa?” Ia menatapku, tersenyum, bukan senyum manis yang pernah kudapatkan di rumah sakit waktu itu, tapi senyum seperti gemas menjelaskan pada anak kecil bagaimana 1 tambah 1 menjadi dua tapi anak itu tetap bersikeras jawabannya adalah sebelas.

Setelah menarik napas panjang aku mengangkat kepala menatap Baozi berani. “Aku mendapat surat cinta pagi ini. Dan kupikir isinya akan menggelikan tapi saat membacanya merasa aku bisa menyukai orang ini, bisa kau temukan orang ini untukku? Dia tidak menuliskan namanya!”

Aku tidak percaya aku bisa sefrustasi ini karena surat cinta.

Mata Minseok menatapku datar, pandangan yang kau berikan ketika berusaha membaca artikel koran pagi yang membosankan sehingga aku berdehem sampai ia mengerjapkan matanya sekali.

“Lalu bagaimana kau berpikir aku bisa tahu orang itu?”

“Sejujurnya aku tidak tahu. Aku bisa saja bertanya pada Jongdae tapi dia akan tertawa padaku jadi lebih baik aku meminta bantuanmu.”

“Lu Han? Kau lupa kau sekelas dengan orang paling populer di kampus?“

“Aku tidak akan berbicara padanya sampai ia sadar kesalahannya apa. Ayolah Baozi bantu aku, kupikir aku bisa mati penasaran.”

Ia mendengus lalu bersandar pada dinding, aku ikutan bersandar di sampingnya. “Apa imbalannya jika aku menemukan orang itu?”

Butuh waktu beberapa detik untuk menjawab pertanyaan itu.  Kim Minseok yang kutahu tidak pernah mengharapkan apapun, ia pernah berkata moto hidupnya jangan pernah berharap sehingga kau tidak akan kecewa.

Frozen yoghurt?” Itu favoritnya, aku tahu.

“Kurang.” Ia menghela napas sambil memijit tengkuk lehernya, semalam ia pulang jam dua pagi dan mengatakan tidak mencetak home run pantas wajahnya terlihat kusam.

“Kupon apa saja?”

“Ugh, tidak, aku tidak mengharapkan kau melakukan sesuatu untukku.”

“Baiklah! Katakan apapun yang kau inginkan?” Tiba-tiba aku ikutan capek. Minseok tertawa dan berdiri di depanku, ia menatapku, kali ini aku tidak bisa mendeskripsikan seperti apa jenis tatapan itu.

“Aku ingin sepatu baru. Coba lihat sepatu yang kupakai. “ Ia menunjuk kakinya sehingga aku ikut menunduk dan detik selanjutnya aku menyadari Minseok memegang kepalaku. “Aku akan memukul kepala ini kalau kau tidak memberiku sepatu ketika aku menemukan orang itu.”

“Baiklah aku mengerti.” Aku menepis tangannnya dan memberikan surat yang sudah kuremas berkali-kali. “Baca ketika tidak ada orang dan coba analisis siapa pengirimnya.”

Tepat ketika Minseok akan membuka lipatan kertas itu aku segera menahan tangannya. “Jangan baca di depanku, isinya pasti menggelikan bagimu. Aku akan memberikan satu petunjuk.”

“Hmmm?” Ia menggumam malas, Minseok terlihat benar-benar letih aku berjanji akan membelikannya frozen yoghurt nanti siang.

“Dia ikut klub drama.” Dan dengan kalimat itu aku berlari menjauhi Minseok yang tidak sempat merespon apapun.

Surat yang kuterima tadi sama sekali bukan surat yang jelek, bukan juga surat yang paling bagus. Hanya surat yang menarik. Bermula dari rasa penasaran bagaimana orang itu menulis surat ini aku jadi bertanya orang seperti apa dia. Apa dia suka musik karena dia bilang dia pernah melihatku di toko alat musik, lalu apa artinya ia menulis surat itu sambil mendengarkan musik? Jika iya lagu apa yang diputarnya sambil mengingatku? Pertanyaanku selalu disusul oleh pertanyaan dan yang kutahu selanjutnya sambil terus bertanya aku sudah berada di depan kelas Minseok.

Bagaimana wajahnya saat dia memberikan itu pada Jongdae?

Apakah dia selalu melihatku setiap hari?

Apa aku pernah bertemu dengannya?

 

***

L U  H A N

 

“Aku bersumpah melihat ular tadi!” Ini sudah hampir lima menit semenjak aku menceritakan insiden setengah jam lalu pada Minseok. Laki-laki itu hanya mengatakan ‘Oh iya?’ cukup antusias lalu mengabaikanku. Aku bisa memaafkan jika ia seperti ini ketika aku menceritakannya sesuatu yang baginya membosankan, seperti episode baru Adventure Time yang ia bilang sebaiknya aku menaikkan standarku. Tapi bicara soal ular harusnya bukan hal yang membosankan, ini U-L-A-R. Ular tidak pernah membosankan.

“Kupikir kau pencinta hewan Baozi? “ Aku memandangnya jengkel.

“Yah. Karena aku pencinta hewan maka aku tidak menganggap ceritamu Lu Han. Tidak mungkin ada ular di koridor kampus.”

“Tapi aku melihatnya! Hitam panjang dan bergerak cepat keluar melalui bawah pintu! Cerita Sarang benar oke? Ada hantu di gedungmu!”

“Tidak ada. Aku pernah pulang jam 11 malam dari sana sendirian dan tidak ada apa-apa.” Baozi menyeruput Jajangmyeonnya tanpa melirikku. Sejak tadi matanya tidak berhenti melirik meja kanan tapi begitu aku akan menengok ia selalu terbatuk dan memintaku untuk kembali menceritakan ular itu lalu ia tetap tidak akan percaya dan aku harus menceritakannya lagi dengan cara yang berbeda.

“Katakan kalau aku menemukan saksi lain apa kau akan percaya?”

“Aku akan, tapi aku ingin kau melibatkan orang rasional. Jangan meminta Jongdae atau Baekhyun menemanimu.”

“Baik. Aku akan meminta Kyungsoo. Tapi tidak, ia sama denganmu. Kalau begitu Sarang yang akan menemaniku. Ia perempuan rasional.”

“Sarang marah padamu jadi percuma. Dan ngomong-ngomong Lu Han. Bukankah dulu kau ikut klub drama?”

“Jadi benar Sarang membenciku?” Kalimat pertama Minseok pada akhirnya bisa mengalihkan otakku dari ular.  Setelah kupikir semalaman kukira ia sedang mengalami PMS dan hari ini aku tidak melihatnya di kelas jadi kupikir dia benar-benar PMS karena setahuku alasan absennya selalu mengenai masalah siklus bulanan.

“Dia membencimu dan mengatakan tidak akan berbicara denganmu sampai kau sadar apa kesalahannya. Jadi kau pernah ikut klub drama kan?”

Untuk apa Sarang membenciku? Beberapa hari lalu di McDonalds ia masih menghiburku bahkan aku sempat berpikir ia menyukaiku lagi karena pandangan terakhirnya ketika mengatakan sampai jumpa terlihat benar-benar mengharapkan kita akan bertemu lagi, tapi membenciku? Membenci Lu Han?

“Jadi kau ikut klub—“

“Ada apa dengan klub drama?” Aku memotongnya tidak sabar, sekarang otakku terbagi dua antara Sarang dengan ular.

“Kau tahu anggotanya yang menyukai Lee Sarang siapa?”

Pertanyaan Minseok selama ini selalu berputar soal hal-hal tidak penting, seperti apa kau sudah menyikat gigi tadi? Kapan kau berhenti menghabiskan bensinku? Dan kali ini ia bertanya soal Sarang. Pertama kali menyangkut perempuan.

“Aku tahu, aku dekat dengannya, ia selalu mengumbar perasaannya kupikir semua orang tahu.”

“Aku tidak tahu. Sarang tidak tahu.” Minseok terlihat kaget, dia kaget, wow, selama ini hal yang bisa membuat kaget Baozi hanya soal diskon roti 50%. Aku tidak tahu seseorang menyukai Sarang bisa membuat dirinya kaget. Maksudku dia bahkan menyukai Sarang sehingga untuk apa kaget kalau orang lain ternyata juga bisa menyukai perempuan yang sama dengannya?

“Nah, kalian berdua terlalu polos. Jadi bicara soal ular—“

“Apa kau tidak akan memberitahuku siapa orang itu?”

“Aku mau— tapi aku takut kau kecewa, kau tahu aku selalu mendukungmu tapi untuk kali ini, menurutku dia pria yang tepat untuk Sarang.” Laki-laki yang menyukai Sarang ini, aku paling mendukungnya. Kyungsoo tidak tahu soal dia dan aku berpikir lebih baik Baozi juga tidak perlu tahu.

“Siapa? Dan aku janji aku tidak akan kecewa.” Matanya menatapku seolah aku adalah orang penting. Tidak terbiasa dianggap penting oleh Minseok aku menggaruk hidungku sambil menatap lampu gantung pada langit-langit kantin.

“Dia salah satu orang tidak rasional yang kau sebutkan tadi.”

“Hah? Jongdae? Baekhyun?”

“Yang kedua.” Aku tersenyum.


***

A/N

Beberapa hari terakhir Love me right bikin aku overwhelming lagi sama exo. MV nya bener2 penyegaran buat otak dan tadaa inilah hasilnya. Update faster whoops.

Halo Tuan Byun kita ketemu lagi.

Yes ada Baekhyun.

:—-)

Kalau kalian bingung gimana story line dari cerita ini, Sarang sebenarnya bakal siapa dan sebagainya. Menurutku di Catching Feeling the important thing isn’t their romantic roles for each other. Tetep itu megang peran, tapi cerita ini bakal lebih seru kalau kita liat sisi lain gimana cerita nunjukkin Sarang yg struggling mencari—mencari apa hayooo

Chapter ini didedikasikan untuk do kyungsoo yang being squishy di mubank kemarin.

 

19 thoughts on “Catching Feeling [7/?]

  1. HOLA KAK! aku kira catching feeling gak bakal secepet ini tapi ternyata wwoooppss! Asa! Moodmakerku muncul,hehehe

    Disini aku ngeshipin Sarang sama siapa aja,abis cowonya kece-kece ssiihhh 😦 dan aku jadi berharap Lu Han suka sama Sarang.Oke,aku tau ini gak mungkin .-.

    Duh,mimisan bayangin rambut singa Kyungsoo abis bangun tidur,jadi keinget style rambut dia di die jung sama album Love Me Right *.*

    Soal surat cinta ku kira itu dari Kyungsoo,gatau kenapa langsung kepikiran ke dia.Soalnya Minseok udah gak mungkin,Lu Han apa lagi gak.Tapi…………ternyataa………..Byun Baekhyun.

    Aku kaget.

    Aku jadi makin penasaran gimana chapter selanjutnya,gimana karakter si ByunBaek disini,apa dia sekonyol di Detour atau dibuat beda? Isi surat cintanya apa? Apa yang bakal dilakuin Minseok nantinya?(secara dia suka sarang),gimana kalo Kyungsoo tau? Dan aku juga butuh Jongin-Sarang moment,heuheuheu
    dan apa yang di cari Sarang? Apa dia punya temen kecil? (Kayak END)

    Dan…

    Dan…

    Seperti biasa aku suka semua moment di chapter ini.Buat Kak Pika semangat! Dan soal Kyungsoo di Love Me Right,ku rasa dia keliatan bahagia banget pas perform,senyumnya lebar,gayanya juga bikin….duh *.*

    • Aaaa makasih komenmu selalu sayang sama komen panjang2 gini haha

      Banyak bgt pertanyaannyaa haha dan semoga next chapter bakal kejawab ya. Daan whoops siapa bilang baozi suka sarang? Kamu kemakan omongannya luhan aja kali..haha loveline sarang ga sebanyak yg kamu kira kokk hehe keenakan sarangnya duh semua cowok suka dia 😘😘

  2. adududuh aku ngeship sarang-kyungsoo berharap mereka balikan lagi tp ko susah bngt sih keliatannya??
    dan WOW baekhyun??? BIG NO BAEKHYUN HANYA MILIK CHAERY! *ahdetourgabisalepasdaripikiranakunih
    “Aku mendapat
    surat cinta pagi ini. Dan kupikir isinya akan
    menggelikan tapi saat membacanya merasa aku
    bisa menyukai orang ini” apa coba ini??? ada kmungkinan sarang suka sma byunbaek???? aduduh
    jadi authornimmm boleh aku tau siapa lead male nya disini? luhan kah? aku kurang setuju klo luhan sm sarang krna luhan itu terlalu kocak menurut ku disini…
    pokoknya semangat untuk CF ke-8 nya ya dan semoga dinpostnya cepet lagi heheheh

    • Sama bgt sih aku juga pengen banget sarang sama kyungsoo balikkan haha. Lead male??? Hmmmmm its suppose to be baozi tapi cerita ga selalu berakhir mereka jadian kan? HAHA

  3. selalu penuh kejutan tiap kali ini update… oke, aku gak terlalu terkejut sebelumnya tapi whut!!!??? baekhyun? suka sarang? dan nulis surat cinta? asdghkllgss senengnya ada baekhyun :3
    Jadi makin penasaran, kira2 baekhyun orangnya kaya gimana disini… tapi katanya dia orang yg tidak rasional…

    Luhan keliatan yakin banget minseok suka sarang. Kadang dia sok tau tapi itu hampir bener. Well, pokoknya ditunggu chapter selanjutnya dan juga baekhyun-nya 😀

    • Iyaaa tolong antisipasi kemunculan baekhyun di sini yaaa dia bakal tetep jadi baekhyun yg adorable but aku bakal coba give different vibes from detour 😝😝

  4. uyeaaaaah sekarang baekhyuuuuuun~~~ aku jadi ngebayangin sarang cantik banget karena sederet cowok2 keren itu suka dia. apa dia lebih cantik dari iu? lebih kiyut dari sohyun? aaaak mau jd sarang

    sebagai minseok-sarang hard shipper aku masih nungguin banget momen sarang sama minseok yg cheesy heuu
    btw kesan cowok-judes nya kyungsoo oke juga tapi aku yg masih kurang sreg ya ama dia disini. kyungsoo yg polos di detour masih melekat erat banget sih di pikiran aku kekekeke

    karakternya luhan jadi penyambung gitukah? dia kayanya selalu pas jadi penengah. kaya yg bukan main karakter tp dia punya peran yg penting gitu :3 dan aku suka banget gaya playboy-populer nya luhan, dia keliatan easy going banget anaknya. di bayangan aku, luhan tuh gaul banget, temennya banyak, gebetannya banyak, musuhnya banyak tapi dia yg tetep nyantai asik aja, sebodo amat tapi setia kawan sama minseok (ini sejujurnya aku kangen xiuhan momen T.T)

    ditunggu next chapternya ♥♥♥♥

    • Haha nopeee loveline sarang ga bakal sekompleks yg kamu kira kok hehe sarang dalam bayanganku tuh cewek yg ada di foto di pengenalan tokoh catching feeling, si cewek yg jadi pacar kwangsoo di its okay its love kalau kamu tau.

      Haha sebenernya ktungsoo sama minseok tuh ga jauh beda ga sih? Cold type gengsian gitu dan soal luhan aku setujuu because he’s already overrated aku coba disini dia jadi main character yg tugasnya cuma pelengkap but still has a big role in this story!

  5. Wuahh
    Hahaha tidak tau kenapa, tapi aku benar-benar menyukai tulisan ini >.<
    Ah ini benar-benar manis 😀
    Berapa kalipun aku membaca kembali beberapa chapter, aku tetap merasa luar biasa dengan bahasanya. Setiap membaca aku benar-benar takut untuk men-scrollnya ke bawah, aku tidak ingin chapter yg sedang ku baca habis~

    • Aaaa makasihhhh 😘😘😘 tp bahasa yg kupake terlalu sederhana sampe aku takut kalian ngerasa monoton but glad you like it!

  6. Wow, agak telat membaca chapter ini tapi jujur chapter ini membuatku sedikit bimbang. Dari awal membaca ff ini aku sudah nge-ship Sarang-Minseok dan kupikir mereka akan jadi couple di ff ini tapi setelah tambahan Baekhyun, jujur aku bingung mungkin aku akan berubah haluan. Bukan cuma krn Baekhyun itu bias aku tapi juga krn Luhan bilang ‘tapi untuk kali ini, menurutku dia pria yang tepat untuk Sarang’ dan well aku selalu percaya kata Luhan dalam ff ini.

    Ohh ya, katanya Sarang mencari sesuatu apa krn itu dia selalu kabur seperti yg Nara bilang? Aku tidak berpikir Sarang mencari seseorg, selama ini Sarang tdk prnh tau apa yg dia inginkan dan selalu plin-plan jadi aku lebih berpikir Sarang ini mencari impiannya, apa yang ingin dia lakukan. Yah cuma pemikiran aku sih dan aku nyadar aku ga sekreatif author fave aku ini.

    Ditunggu terus chapter 8 nya, sori komen kepanjangan hehehehe

    • Hahahaha coba kita liat ya next chapter apa baekhyun beneran bisa bikin kamu berubah haluaan?? Hmmm well maksudku mencari tuh yah aku sepikiran sama kayak kamu sih, dia bukan nyari sesuatu yg konkrit kok

  7. Uohhh selalu suka banget sama ff buatan kak pikrachu.
    Maaf aku ninggalin jejak komen baru sekarang, karena terlalu penasaran dengan chapter selanjutnya. Dan yahh, ini chapter terakhir yang kubaca, aku mohon dengan sangat semoga chapter selanjutnya cepat di publish. Oemji ff nya bagus banget demi akh

  8. Eon .. Sumpah keren banget ff yg ini gk kalah sama detour ..msorry baru com,ent skeng krna baru sempet baca karna aku udah keburu greget baca sampe chap 7 jadi langsung aja comment di chap 7

    Akunselalu suka part minseok yg cutenbner” bisa bkin melting dan i dont know evet that can make me smile like an idiot .. Sumpah sku senyum” sendiri tiap kali denger minseok ngmngin makanan yg terasa sangat berharga

  9. yeay~ Mr. Nutella~ Come in.

    Baru aja dibikin melting sama postingan aeri di IG, ternyata si cabe keluar lagi di ff favorit. ini beneran kak seru banget aku begadang sampe jam segini padahal entar sahur. /ketawa sampe sahur/abaikan.
    ini ceritanya complicted dan rasional se-rasional bakpao tersayang kita. nggak melow dan berasa based on true story banget. respon dan pemikiran antar tokoh juga polos banget, jadi penasaran kakak jadi tahu pola pikir cerdas dan unik ini dari mana.
    By the way, lihat bang luhan jadi baper lagi. dia kayaknya lagi nyari bianca sampe negeri china kali ya, kak. nggak pulang-pulang.
    overall, ini kesukaan aku banget. bisa bikin begadang~ hohoho….hwaiting kak nulisnya~ ditunggu~

    • Makasih atas komennyaaa omg aku seneng ada yg menikmani ff ini

      HAhaha well karena otakku terlalu sederhana untuk memikirkan plot rumit yang mencengangkan aku ended up bikin this kind of ff because ottoke author-nim tidak bisa membuat konflik plot twist banget, ini enggak complicated kok? dan rasional mungkin karena actually just inspired by daily life sama sekali ga ada pola cerdas, kamu hanya perlu memikirkan apa jadinya exo jadi temanmu hehe.

Leave a reply to Ariefania Cancel reply