Detour #09

cute artwork by itsredpenguin! Love it! ❤

Super-duper long chapter! 6.490 kata! Disarankan baca ketika emang lagi ada waktu aja, jadi ga usah buru-buru bacanya c:

09. Runner

Minggu pagi selalu menjadi waktu yang dinikmati Chaeri. Selain itu artinya ia terlepas dari semua beban tugas sekolah, Minggu selalu Chaeri jadikan hari pelampiasan segalanya, hari dimana ia yang memutuskan untuk menutup buku tulisnya dan membiarkan mood yang mengatur jalannya hari itu. Bisa 24 jam berada di rumah menghabiskan puluhan film atau mungkin jalan keluar entah hanya mencari angin dan berpetualang bersama Daeha.

Tapi minggu pagi ini berbeda, seseorang membuatnya harus ketinggalan serial kartun pagi. Sebenarnya Chaeri kurang suka tapi masalahnya ia tidak bisa protes, apa ia pikir Kyungsoo akan terima mendengar teman sekelompoknya melewatkan latihan pagi dengan alasan kartun pagi yang siapa saja tahu murid SMA seperti Chaeri harusnya sudah bisa memprioritaskan mana yang lebih penting.

Akhirnya tepat jam enam pagi Chaeri keluar dari rumahnya, sambil menggiring sepeda yang membuat ia ragu untuk menaikinya atau tidak, apa aku masih bisa menaikinya? Chaeri terus bertanya dalam hati. Terakhir kali ia naik sepeda tahun lalu, itupun setelah lima menit ia berhasil menggayuh tanpa pegangan siapapun yang ujung-ujungnya segera jatuh karena tidak melihat pot di depannya. Tapi Chaeri, ia terlalu malas untuk berjalan kaki menuju taman yang Kyungsoo maksud, terlalu jauh dengan jalan kaki, tapi terlalu dekat karena tidak ada rute bus yang melewati taman itu.

Chaeri pun menghela napas, baru ia mau menaiki sepedanya seseorang memecah kefokusannya

“Moon Chae!”

Chaeri mengernyit, bagaimanapun juga itu nama teraneh yang pernah ia dengar, bahkan julukan Cherry Pie tidak ada apa-apanya dibanding nama itu.

Begitu ia menengok Jongdae yang berada di depan pagarnya tersenyum melambaikan satu tangannya. “Oh halo—Kim Jong?” Chaeri juga tidak tahu kenapa ia ikut-ikutan menghilangkan suku nama terakhir.

“Kim Jong? Ahahahaa!” Jongdae tertawa padahal Chaeri sama sekali tidak bermaksud melucu.

“Mmmm bukankah ini masih pagi? Aku baru tahu kau suka jalan pagi.” Chaeri bertanya karena ia malas mendengar tawa Jongdae yang berlebihan.

Jongdae mengendikkan bahunya dan menunjuk sesuatu di bawah kakinya. Chaeri yang tidak mengerti kenapa kaki menjadi jawaban Jongdae tiba-tiba membesarkan matanya kaget begitu melihat sesuatu yang kecil bersembunyi di balik sepatu kets Jongdae.

“Tikus?”

“Aku mengajak hamsterku jalan-jalan.” Jongdae memperjelas semuanya. Penjelasan yang makin membuat Chaeri merasa bingung. Ia tahu tetangganya ini memang aneh, maksudnya siapa sih yang tidak merasa aneh mempunyai tetangga yang setiap malamnya selalu tertawa di beranda entah untuk alasan apa yang jelas Chaeri yakin jawaban yang ia dapat tidak jauh-jauh dari alien.

“Memangnya tidak cukup hamster berlari di mainan roda mereka? Kenapa harus diajak keluar? Tidak takut diinjak?” Chaeri benar-benar penasaran, ia baru tahu tikus (baca: hamster) bisa diajak jalan-jalan.

Jongdae tertawa melihat Chaeri yang begitu antusias dengan segala pertanyaannya, ia pun mengangkat hamsternya “Mau pegang?”

Chaeri memincingkan matanya melihat hamster yang tidak berhenti mengusap wajahnya sendiri, tubuh mungilnya terpasang tali, Chaeri heran orang macam apa yang menghabiskan waktunya untuk membuat tali pengikat hamser “Hmm tidak.” Chaeri memang kurang suka dengan hewan pengerat.

“Aku mengajak hamster jalan-jalan karena aku dengar mereka butuh cahaya matahari pagi, dan lagi kandang hamsterku sempit, jadi entah kenapa aku merasa Krong harus diajak menikmati dunia.” Jongdae pun menjelaskan alasannya.

Sebenarnya masih banyak pertanyaan di otak Chaeri, seperti soal apa Krong namanya dan apa yang dimaksud Jongdae dengan menikmati dunia. Tapi entah kenapa Chaeri berfirasat temannya ini akan menjawab lebih dari porsinya, dan lagi Chaeri harus segera ke taman.

“Oh ya Chae! Kau mau bersepeda? “

Chaeri kembali mengernyit, bersama Jongdae memang selalu membuatnya sering mengernyit, pertama soal panggilan “Chae” dan kedua soal hal bersepeda yang siapapun tahu buat apa ia menggiring sepeda kalau bukan untuk bersepeda?

“Aku sudah menggiring sepedaku memang untuk apa lagi kalau bukan bersepeda?”

Jongdae menyeringai “Justru itu membuatku bertanya! Apa kau memang berniat hanya menggiring sepeda tanpa menaikinya, atau hanya ingin menjemurnya di bawah sinar matahari, atau bisa jadi kau ingin menjualnya, dan bisa saja kan kau—“

“Aku mau bersepeda.” Chaeri memotong tepat sebelum ia merasa dirinya akan menjitak kepala Jongdae. Dan tepat ketika Jongdae kembali membuka mulutnya Chaeri kembali berbicara “Hei Chen! Bukannya kau harus segera mengajak tik—hamstermu jalan-jalan? Kalau terlalu siang jalanan akan ramai dan bisa saja ia terlindas.”

Kali ini giliran Jongdae yang mengernyit “Aish, menyeramkan sekali, jangan menakutiku seperti itu, baiklah aku jalan duluan ya!” Jongdae menggelengkan kepalanya, barangkali ketika Chaeri mengatakan terlindas ia langsung membayangkannya. Tapi sudahlah yang penting Kim Jongdae sudah berjalan pergi.

Chaeri pun kembali memantapkan niatnya, ia menaiki sepedanya tapi satu kakinya masih menapak di jalan, masih belum yakin tubuhnya dapat menyeimbangkan diri. Chaeri menelan ludah ia mencoba mengangkat kakinya dan seketika itu juga sepedanya jatuh ke samping.

“Aaah!” Chaeri setengah berteriak, ia mengacak rambutnya merasa putus asa. Tiba-tiba ia merasa seseorang ikut ambil bagian dalam mengacak rambutnya, Chaeri menaikkan sebelah alisnya dan menengok, apa Jongdae kembali la—

“Baekhyun?”

Chaeri mendecak dan menepuk jidatnya, bagaimana bisa ia lupa kemarin Baekhyun menginap di rumah temannya?

“Hahaha! Aku melihat semuanya Moon Chaeri!” Baekhyun masih tertawa, satu tangannya masih berada di kepala Chaeri mengacak-acak rambut tebal itu. Chaeri segera mengusir tangan Baekhyun dan berdiri setelah membersihkan kedua lututnya. Ia memandang jengkel pada Baekhyun yang memegang kedua perutnya “Kau selalu bisa membuatku tertawa Chaeri!” Baekhyun kembali menjulurkan tanganya, menyentuh puncak kepala Chaeri, mengacak rambut Chaeri yang sebenarnya sudah terlalu berantakan.

“Astaga Baekhyun! Bisa tidak berhenti menyentuh rambutku!” Dengan frustasi Chaeri menepis tangan Baekhyun. Ia benar-benar kesal, baik itu soal Baekhyun yang terus tertawa dan tangannya yang tidak bisa berhenti memegang kepalanya.

Baekhyun menutup mulutnya berusaha menghentikkan tawa, tapi Chaeri masih membaca ekspresi geli di wajah itu. “Menyebalkan sekali kau Bac-

“AHH!“ Baekhyun segera berteriak, ia menjetikkan jarinya untuk menambah efek dramatis teriakannya itu, Chaeri mendengus ia tahu Baekhyun hanya tidak ingin membiarkan Chaeri  menyelesaikan kalimatnya. “Bagaimana kalau aku mengajarkanmu bersepeda? Permintaan maafku karena mentertawakanmu tadi.” 

Chaeri melipat kedua tangannya di dada “Lupakan, lebih baik aku jalan kaki.” Chaeri menghiraukan tawaran Baekhyun, ia kembali menggiring sepedanya memasuki halaman. Saat ini gengsinya lebih tinggi.

“Ayolah! Chaeriii” Baekhyun memohon ia menahan sepeda Chaeri dan menatap kedua mata Chaeri yang tidak berhenti melihatnya dengan sinis “Apa sulitnya menerima permintaan maafku? Kau bisa mendapatkan guru seperti Byun Baekhyun harusnya kau bersyukur!”

Chaeri tertawa kecil, tiba-tiba ia menemukan hal menarik. “Tapi kalau dalam setengah jam kau tidak bisa membuatku mengendarai sepeda kau harus mentraktirku.”  

“Kuterima!”

#

Kedua mata bulat Kyungsoo terus mengekori gadis kecil yang sedang bermain pasir di depannya. Sudah lima belas menit ia menunggu teman-temannya dan satupun belum memberi kabar sudah berada di mana mereka. Kyungsoo tidak bisa marah karena bagaimanapun juga ini keputusannya untuk datang setengah jam lebih awal.

“Kenapa susah sekali sih?” Perempuan di depannya protes entah pada siapa, siapapun yang melihat tahu kalau anak itu kurang menambahkan air sehingga istana pasirnya tidak mau berdiri kokoh. Kyungsoo yang dari tadi menjadikan anak itu tontonannya akhirnya menghela napas dan memutuskan membantu, ia sendiri gemas melihat istana pasir yang setengahnya saja belum selesai.

“Kau—kurang menambahkan air.” Ia berkata singkat, niatnya mau membantu tapi Kyungsoo masih berdiri dan memasukkan kedua tangannya di kantong, dari jauh orang-orang pasti mengira ia sedang mengintimidasi perempuan kecil itu.

“Kalau begitu oppa bantu aku!”

“O-oppa?” Kyungsoo langsung jongkok menyamakan tinggi badannya dengan perempuan itu “Kau memanggilku oppa?” Meskipun memalukan untuk diakui tapi ini pertamakalinya seseorang memanggilnya oppa.

Anak itu memandang Kyungsoo aneh “Tentu saja, kau lebih tua aku harus memanggilmu oppa.”

Kyungsoo diam, dia tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum dan semoga saja pipinya tidak memerah, masalahnya orang yang memanggil dirinya oppa ini hanya anak kecil. “Aahh benar-benar, anak pintar. Baiklah oppa akan membantumu menyelesaikan istana ini.” Kyungsoo pun menggulung celana panjangnya dan memutuskan melangkahkan kakinya masuk ke kolam pasir. Toh pasir ini putih dan bersih, ia berusaha menenangkan salah satu bagian dari dirinya yang terus berteriak protes begitu kakinya menyentuh pasir.

#

#

“Baekhyun kumohon jangan lepaskan aku.” Chaeri tidak berhenti mengulang kalimatnya sejak ia menggayuh sepedanya dengan Baekhyun yang terus menahan bagian belakang sepeda. Baekhyun yang awalnya semangat mulai gerah melihat Chaeri yang selalu panik “Chaeri kalau pun kau jatuh aku bisa menjamin kau tidak akan mati…”

“Aku tahu, tapi ini penting aku tidak mau terluka saat festival olahraga besok.”

Baekhyun meniup poninya “Kau ingin menang?”

“Tentu saja! Kau pikir untuk apa aku bangun pagi-pagi kalau bukan untuk latihan?”

Baekhyun tertawa “Bagaimana kalau aku lepaskan sepeda ini agar kau terjatuh dan timku yang menang?”

BAC—

“AH! Iya-iya Chaeri-nim aku akan teruuus memegangimu, memegangi sampai rasanya percuma aku mengajarimu.”

Chaeri tertawa kecil dan menengok sekilas pada Baekhyun “Tiga menit lagi dan kau boleh melepaskanku.”

Baekhyun mendengus, tentu saja ia tidak percaya, ini sudah ketiganya Chaeri mengatakan hal yang sama. “Hmmm sejam pun tak apa.” Ia menjawab malas.

Baekhyun yang merasa jenuh mendesah kesal, ia benar-benar pegal “Padahal kukira kau pintar, tapi belajar sepeda saja lebih susah daripada anak sapi belajar berdiri.”

Chaeri ingin protes soal perumpaan Baekhyun yang menurutnya berlebihan, tapi bagaimanapun juga dalam hati ia juga berpikir hal yang sama soal kemampuan mengendarai sepedanya.

“Daripada menyalahkan murid bukankah yang harus dipertanyakan itu gurunya?” Sindir Chaeri.

Baekhyun diam, dia benar-benar malas melanjutkan debatnya dengan Chaeri. Matanya yang dari tadi menatap jalan akhirnya memperhatikan punggung mungil Chaeri yang tidak berhenti bergoyang kanan kiri berusaha menyeimbangi sepeda. Menyadari Chaeri yang begitu fokus pada sepedanya Baekhyun pun perlahan melepaskan kedua tangan yang terus memegangi sepeda.

“Baek, maaf tapi kuralat, tambah dua menit lagi baru boleh kau lepaskan.” Chaeri terlalu memperhatikan stang sepedanya tidak menyadari seseorang sudah tidak lagi memegang belakang sepedanya.

“Hmmm—“ Baekhyun hanya menggumam, ia takut tawanya keluar kalau mulutnya dibuka. Dengan kedua tangan yang sudah masuk pada kantong jaketnya Baekhyun terus melangkah mengikuti sepeda yang dikayuh sangat pelan oleh Chaeri.

“Baekhyun kalau setelah ini kau sakit pinggang, aku akan membelikanmu koyo.” Chaeri berusaha lebih manusiawi.

Baekhyun menggigit bibirnya berusaha menahan tawa “Hmm—“ Ia menjawab.

“Baek, kalau mau mengerem mana yang harus kutekan? Kanan atau kiri?”

Feeling.” Baekhyun menjawab singkat.

“Hah. Bagus sekali jawabannya.” Chaeri mendengus. Masih dengan dahi berkerut Chaeri mengendalikan stang sepedanya. “Apa keseimbanganku sudah bagus?”

“Sudah.” Baekhyun menjawab, ia sudah berjalan lebih cepat dan berada tepat di sebelah Chaeri, dan dengan Chaeri yang masih menatap ke depan membuatnya tidak menangkap siluet Baekhyun dari ekor matanya.

“Baekhyun apa kau memujiku saja atau aku memang sudah bisa?” Chaeri tidak puas dengan jawaban yang berkesan asal dari Baekhyun.

“Aku hanya memujimu.” Ujar Baekhyun sambil menoleh ke samping memperhatikan profil Chaeri dari samping, mulutnya tersenyum menikmati permainan yang hanya ia sendiri yang sadar.

“Baek kenapa tiba-tiba suaramu jadi terdengar lebih dekat?” Chaeri bertanya.

“Chaeri..belikan aku minuman.” Tidak menggubris pertanyaan Chaeri, Baekhyun menunjuk mesin penjual minum otomatis di pinggir jalan.

“Ambil sendiri nan— Baek!? Sejak kapan kau disitu?” Chaeri mengerjapkan matanya saat menyadari tangan Baekhyun yang tahu-tahu muncul di depannya.

Berusaha mengikuti ekspresi terkejut Chaeri, Baekhyun membuka mulutnya menganga lebar. “Omo! Chaeri kita sudah bisa naik sepeda!” Baekhyun dengan ekspresi kagetnya membuat Chaeri mendengus yang dilanjutkan dengan sebuah senyuman “Dasar.”

Chaeri pun menghentikkan sepedanya tepat di sebelah mesin penjual diikuti dengan Baekhyun yang langsung memilih minuman mana yang akan dia beli.

“28 menit 30 detik, baik aku traktir. “ Ujar Chaeri setelah melihat jam tangannya.

Baekhyun segera merengut dan menolehkan wajahnya pada Chaeri “28 menit 30 detik dan aku cuma mendapat sekaleng minuman? Astaga Chaeri.”

Chaeri menghela napas “Aku tidak mau mentraktirmu makanan…” Sambil memegang dagunya Chaeri berpikir memutar otaknya “Bagaimana kalau kubantu mendekati Nami?”

Baekhyun spontan menaikkan satu alisnya “Nami? Hah. Aku meminta bantuanmu? Soal Nami?” Sambil berpura-pura depresi Baekhyun memijit keningnya dan  mendecak “Untuk apa seorang Byun Baekhyun meminta bantuan perempuan yang bahkan tidak punya pengalaman soal cinta?”

Chaeri membulatkan kedua matanya, kalimat yang Baekhyun keluarkan memang benar tapi entah kenapa kalau laki-laki ini yang bicara Chaeri merasa harga dirinya terhina “Kau bicara seolah sudah mendapatkan Nami, tapi coba lihat, bahkan Kyungsoo yang tidak melakukan apa-apa saja sudah mendapatkan Nami!”

Baekhyun memutar bola matanya “Dan kenapa jadi dihubungkan ke Kyung—“

“Kyungsoo! Aku ada janji denganya!” Chaeri segera menggigit bibirnya, ia benar-benar lupa soal tujuan utamanya bersepeda. Tanpa berargumen lebih lanjut dengan Baekhyun, Chaeri langsung menaiki sepedanya dan menggayuh secepat yang ia bisa mengabaikan Baekhyun yang terus berteriak, entah soal uang atau apa.

#

Daebak! Ini benar-benar karya seni!”

Kyungsoo yang sudah terbiasa mendapat pujian entah kenapa merasa malu mendengar pujian kali ini yang ia dengar dari teman kecilnya itu. Padahal hanya sebuah istana pasir tapi rasa bangganya melebihi saat ia mendapat nilai sempurna untuk pelajaran fisika.

“Hmm—tapi ada yang kurang.” Tiba-tiba ia memincingkan matanya, menaranya sudah berdiri tegak dan simetris, gerbang kiri-kanan pun sama tingginya, apa yang kurang?

Anak itu mendengus dan melipat kedua tangan di depan dadanya “Astaga oppa, jangan terlalu serius soal ini, lagipula beberapa jam lagi anak yang lain akan datang dan istana ini akan segera hancur.” Ia mengendikkan bahu dan mulai membangun bangunan lain.

Kyungsoo yang tidak terima mendengar pemberitahuan itu membulatkan kedua matanya merasa kaget “Apa? Tidak bisa bertahan satu hari? Ini karya seni dan dia butuh apresiasi!”

Si anak memutar bola matanya “Lalu apa yang akan kita lakukan? Terus berada di sini dan mengusir anak-anak lain yang akan main?”

“Ya.”

Jawaban singkat dan keras kepala dari Kyungsoo benar-benar membuat perempuan itu makin merasa oppa di depannya ini memang aneh. Ia mengamati Kyungsoo dan teringat sesuatu “Sebenarnya apa yang oppa lakukan di taman ini? Daripada menunggui istana pasir sepertinya dari tadi oppa sedang menunggu pasangan kencan?”

“Kencan?” Kyungsoo membuka mulutnya kaget, ia tertawa kecil “Kencanku nanti tidak akan seperti ini, standarku tinggi, wanita yang kusukai nanti akan selalu tepat waktu.” Ia pun berdiri dan membersihkan celananya yang dipenuhi pasir.

“Tapi aku yakin memang kencan, lihat ada perempuan yang sedang berlari menghampiri kita.” Anak itu menunjuk arah gerbang masuk membuat Kyungsoo langsung menengok.

“Kyungsoo!”

“Seukri kau terlambat—“ Daripada membalas lambaian tangan Seukri, Kyungsoo memilih segera melihat jam tangannya, menghitung berapa menit dan detik perempuan itu terlambat sebelum akhirnya Seukri yang masih terengah-engah membungkukkan badannya di depan Kyungsoo “Maaf aku tidak bisa ikut!”

Kyungsoo memiringkan kepalanya, menunggu penjelasan lebih lanjut.

“A-adikku sakit… dan aku harus menemaninya ke rumah sakit, orang tuaku masih di luar kota.”

Kyungsoo menelan ludah, ia tahu keluarga Seukri memiliki masalah keuangan “Sakit apa? Apakah harus diopname?”

“Sakit gigi.”

Kyungsoo memutar bola matanya dan menarik napas “Baiklah, sana pergi, urusi adikmu.” “Ah syukurlah! Kukira kau akan mengam—“ Seukri segera menutup mulutnya membuat Kyungsoo menaikkan sebelah alisnya menanti Seukri menyelesaikan kalimatnya, ia tahu Kyungsoo tidak akan suka dengan pilihan kata itu “Kukira kau akan mengambil batu dan melempari jendela rumahku!”

“Apa aku terlihat seperti itu? Aku tidak akan mengamuk.” Kyungsoo berdehem dan menatap Seukri yang sedang memandang cemas padanya “Sekarang pergilah, temani adikmu.” Ia pun membalikkan badannya dan  kembali duduk di pinggiran kolam pasir kembali memikirkan apa yang kurang dari istana pasir yang nyaris sempurna itu.

“Ah baiklah! Aku pergi! Oh ya tadi aku lihat Chaeri menuju kemari setidaknya kau ada teman! Bye!’ Seukri pun kembali berlari.

Kyungsoo yang masih terlalu menaruh perhatian pada istana pasir di depannya tidak mendengar perkataan Seukri membuat perempuan itu mendecak kesal.

“Hei jadi oppa batal kencannya?” Perempuan itu mencibir Kyungsoo, Kyungsoo langsung menengok dengan tatapan jengkel “Ya aku batal kencannya, jadi aku memutuskan untuk menjaga istanaku hari ini.”

“Ku? Istanaku? Ini istana kita!” Ia protes.

“Tapi aku yang membuat lebih dari setengahnya, dan desainnya juga aku yang—“

“BRUKK”

Kalimat Kyungsoo terpotong, baik Kyungsoo dan teman kecilnya segera menengokkan kepala mereka mendengar bunyi gedubrak yang menghentikkan perselisihan mereka.

“Chaeri?”

Kyungsoo memincingkan matanya berusaha memastikan apa benar Chaeri perempuan malang yang terjatuh dari sepeda itu. Apa itu Chaeri? Apa itu Moon Chaeri? Tentu saja itu Moon Chaeri. Kyungsoo menghela napas, siapa lagi perempuan yang rambutnya selalu menarik perhatian Kyungsoo kalau bukan Chaeri?

“Kau—tidak bisa naik sepeda?” Kyungsoo menghampiri Chaeri yang masih duduk di atas tanah sibuk meniup kedua lututnya.

Chaeri menghela napas “Daripada memikirkan aku bisa naik sepeda atau tidak bukankah lebih tepat kalau menanyakan apa aku baik-baik saja?”

Kyungsoo mendengus “Kau baik-baik saja, masih bisa bicara dan sepedamu tidak rusak.”

Chaeri memutar bola matanya “Formalitas, di dunia ini ada yang namanya formalitas.”

Kyungsoo tertawa kecil dan segera jongkok tepat di depan Chaeri yang tidak berhenti meringis meratapi lututnya yang berdarah “Apa Moon Chaeri baik-baik saja? Ah sepertinya tidak. Hei lihat, lututnya berdarah! Apa bisa berdiri? Tidak? Baiklah”

Kyungsoo yang  seenaknya terus membuat dialog tidak membiarkan Chaeri merespon, ia segera mengangkat Chaeri dan membawanya menuju kursi taman.

“Tu-turu—“

“Nah sudah, ini tidak jauh jadi kau tidak perlu merasa tidak enak.” Kyungsoo yang tidak menyadari betapa merahnya kedua pipi Chaeri segera menurunkan Chaeri pelan pada kursi taman. Chaeri menghela napasnya dan mengelus dadanya berusaha menenangkan jantung yang terasa berhenti berdetak begitu Kyungsoo mengangangkatnya sekalipun itu hanya beberapa detik.

“Ini bukan luka parah.” Ucap Chaeri yang menyadari Kyungsoo masih memandangi lututnya itu. Kyungsoo mengangguk dan menatap Chaeri “Ini memang bukan luka parah, aku hanya penasaran kenapa lukamu dapat berbentuk bulat dengan sempurna.”

Chaeri memejamkan matanya, makin jengkel dengan setiap kalimat yang keluar dari mulut laki-laki ini “Kau mau memfotonya?” tanyanya sarkastik.

Kyungsoo mendengus “Tidak, untuk apa?” ia pun berdiri dan mengambil ranselnya yang tergeletak di pinggir kolam pasir, Chaeri memiringkan kepalanya melihat Kyungsoo mengeluarkan kotak P3K dari tasnya “Tapi kalau luka ini dibiarkan maka akan berbekas, sebagai perempuan kau tidak ingin memiliki bekas luka kan?”

“Hmm sebenarnya tidak apa-apa.” Ucap Chaeri jujur tidak peduli Kyungsoo terlihat jengkel pada pernyataannya.

“Tahan ini akan perih.” Kyungsoo mengingatkan, memilih mengabaikan kecuekan Chaeri soal lukanya. Chaeri memperhatikan Kyungsoo meneteskan alkohol pada kain kasa “Aku tahu, ibuku dokter jadi hal seperti ini sudah bia—AA” spontan Chaeri berteriak.

Kyungsoo entah tuli atau apa sama sekali tidak berusaha menenangkan Chaeri yang baru saja berteriak “Sudah biasa? Ini standar biasamu?”

Chaeri memelototi Kyungsoo “Kenapa kau menekan sekuat itu?”

Kyungsoo yang masih sibuk dengan peralatannya hanya memandang sekilas pada Chaeri masih dengan tatapan datarnya “Aku benci kuman.”

Chaeri meniup poninya dan mengambil kain yang akan Kyungsoo pakai untuk menutupi lecetnya “Biar aku sendiri, kubilang aku sudah biasa.”

Kyungsoo mengendikkan bahunya dan membiarkan Chaeri menyelesaikannya sendiri.

Sementara Chaeri mengobati lukanya, Kyungsoo memilih mengecek ponselnya menunggu balasan dari teman sekelompoknya. Satu pesan dari Sungjae masuk, Kyungsoo mendecak melihat emoticon orang menangis menjadi kata pertama pada sms itu.

“Sungjae bilang dia dan Sehun akan datang siang nanti.” Kyungsoo berkata pada Chaeri tanpa menatapnya. Matanya menangkap istana pasirnya, tiba-tiba ia sadar kalau anak perempuan keras kepala itu sudah menghilang.

“Ah!” Tiba-tiba Chaeri berseru “Kemarin sepulang sekolah Bomi menghampiriku katanya dia tidak bisa ikut acara hari ini, dia bilang dia takut mengatakan langsung padamu.”

Kyungsoo tertawa kecil dan menengok pada Chaeri “Bilang pada Bomi aku juga takut padanya.”

Chaeri hanya mengangguk dan kembali mengurusi lukanya.

Kyungsoo melirik pada Chaeri melihat perempuan itu memasang plester dengan berantakan. Ia ingin protes, tapi berfirasat Chaeri tidak akan menerima koreksinya. Sekarang apa yang harus ia lakukan hanya bersama Chaeri? Temannya yang paling atletis pun mengabarinya kalau ia akan datang terlambat. Kyungsoo menghela napas, dan detik itu juga suara perut terdengar.

“Aish.” Kyungsoo mengumpat, ia melirik ke kanan untuk mengetahui reaksi Chaeri.

“Chaeri?” Kyungsoo bertanya bingung sosok Chaeri sudah menghilang dari sampingnya.

Daebak!  Istana ini keren sekali!”

Kyungsoo langsung mengalihkan pandangannya pada kolam pasir dan melihat perempuan itu sedang duduk di pinggir kolam mengagumi istana pasirnya.

“Siapa orang jenius yang membuat ini?” Chaeri segera bertanya begitu menyadari Kyungsoo sudah duduk di sebelahnya. Kyungsoo tertawa dalam hati, sekali lagi rasa bangga yang ia dapatkan jauh lebih besar saat ia mendapat nilai sempurna untuk Fisika. “Jenius? Berlebihan sekali, ini hanya istana pasir.”

Chaeri langsung menatap Kyungsoo dan menggelengkan kepalanya “Tidak, ini bukan hanya istana pasir.” Ia diam dan menghampiri istana itu lebih dekat “Ini karya seni, Kyungsoo. Anak kecil jenius mana yang bisa membuat ini kira-kira? Aku harus belajar padanya.”

Anak kecil?  Kyungsoo mengernyit. Ia menghampiri Chaeri dan ikut jongkok di sebelahnya “Anak kecil di sebelahmu ini yang akan mengajarimu.”

Mulut Chaeri otomatis terbuka lebar “Kau yang membuatnya? Hobimu membuat istana pasir?” pertanyaan Chaeri membuat Kyungsoo tertawa “Hmm hobiku membuat istana pasir.”

“Benarkah? Kau bisa mengajariku? Dari dulu aku selalu heran bagaimana trik membuat istana pasir menjadi sekokoh ini.”

Kyungsoo menatap Chaeri yang sedang memegang hati-hati menara yang ia bangun, rasa geli melihat Chaeri yang begitu antusias membuat laki-laki ini merapatkan kedua bibirnya, memaksa jangan sampai sebuah senyum terlihat “Baik, kuajari.”

#

“Hara?” Jongin menepuk pundak perempuan mungil yang sedang bersembunyi di balik semak, gaya rambut kuncir dua yang mencolok membuat Jongin segera mengenali teman kecilnya itu.

“Ssst! Oppa! Sembunyi! aku sedang mengintip.”

Jongin mendengus tapi segera mengikuti perintah Hara “Jujur sekali kau.”

“Aku sedang menonton adegan drama secara langsung! Ini seru sekali.” Hara berbisik sambil menunjuk apa yang menjadi tontonannya. 

“Kyungsoo?” Kai spontan menyebutkan nama teman yang sedang ditunjuk oleh Hara.

“Oppa kenal dia?” Hara segera menengokkan kepalanya.

Jongin mengangguk, matanya makin membulat begitu menyadari siapa lawan main Kyungsoo dalam drama yang Hara maksud “Chaeri!?” Ia berseru dalam bisikannya.

Sejak kapan Kyungsoo dan Chaeri memiliki hubungan? Siapapun tahu Kyungsoo tidak pernah dekat dengan perempuan kecuali Nami, dan itupun karena Nami yang selalu mengekorinya. Tapi kali ini Chaeri, Moon Chaeri yang bahkan ia tidak tahu kalau perempuan ini mengenal Kyungsoo!

“Apa maksudmu adegan drama?” Jongin bertanya

Hara segera tersenyum dan memegang kedua pipinya, matanya terpejam sambil mengingat ulang kejadian yang dilihatnya tadi “Tadi si pemeran pria menggendong si wanita yang terjatuh dari sepeda, mereka berdebat sebentar lalu sekarang berbaikan dengan membangun bersama istana pasir. Ah, romantis sekali bukan?”

Jongin berusaha menahan diri untuk tidak tertawa, membayangkan skenario yang ia yakin Hara menambahkan rekayasa ke dalamnya “Ya ya romantis sekali, tapi setahuku—“Jongin memiringkan kepalanya berusaha mencari kalimat yang tepat “Setahuku kedua pemain itu sama sekali tidak punya hubungan apa-apa.”

Hara membulatkan matanya “Heh? Benarkah? Padahal kukira mereka memang saling menyukai!”

Jongin tersenyum dan mengendikkan bahunya. Sebelum ia berjalan pergi tidak tertarik untuk mengintip lagi ia melirik sekilas pada Chaeri yang tidak sengaja menumpahkan ember berisi air pada kaki Kyungsoo membuat laki-laki itu memelototi Chaeri. “Mungkin suatu saat nanti dugaanmu benar.”

Sambil bersenandung Jongin pun kembali melanjutkan jogging paginya, naluri bergosip yang tertular dari Sena membuatnya berpikir drama yang Hara maksud bisa menjadi kabar baik untuk sahabatnya Baekhyun.

#

#

Chaeri memutuskan mengendarai sepeda menuju sekolah hari ini. Semalam ia berhasil membujuk adiknya Daeha untuk mengajarinya mengendarai sepeda. Jatuh di depan Kyungsoo menjadi pelajaran untuknya jangan berani bersepeda di tempat umum kalau memang belum bisa. Meskipun masih canggung tapi Chaeri merasa kali ini ia akan bisa melewati polisi tidur yang membuatnya terjatuh kemarin.

“Aigooo bahkan siput dapat membalapmu!”

Chaeri memutar bola matanya, sudah susah payah ia berangkat pagi menghindari orang yang berpotensi mengejeknya, tapi laki-laki ini masih saja muncul.

Baekhyun terkekeh melihat Chaeri yang memilih mengabaikan sindirannya, ia pun menyamai sepedanya dengan Chaeri “Kalimat soal aku bilang kau tidak punya pengalaman kutarik.”

Chaeri menengok sekilas pada Baekhyun, sekalipun ia melihat Baekhyun memasang mimik serius entah kenapa Chaeri tidak ingin membiarkan Baekhyun merasa lega begitu saja. “Kenapa ditarik? Menurutku itu benar.”

Baekhyun menarik ujung bibirnya ke kiri setengah tersenyum, ia memang tidak percaya sepenuhnya soal cerita yang ia dengar dari Jongin kemarin. Bukannya Jongin terkenal sebagai pembohong, tapi dipikirkan berapa kali pun bayangan Kyungsoo menggendong Chaeri itu benar-benar tidak mungkin bagi Baekhyun, semua orang tahu laki-laki seperti apa Kyungsoo. “Menurutmu benar? Baguslah, karena terus terang menurutku itu memang benar.”

Chaeri meniup poninya dan menatap sinis pada Baekhyun, membuat laki-laki itu tertawa “Kalau begitu buktikan kata-kataku salah, bye Moon Chae!” Baekhyun mengacak-acak rambut Chaeri dan segera menggayuh sepedanya lebih cepat membuat Chaeri menggeram jengkel.

#

#

“Festival olahraga kami adakan tidak hanya untuk mencari seorang pemenang!”

Kyungsoo menguap lebar mendengar kepala sekolah yang tengah berapi-api dengan pidatonya. Terus terang pidato kali ini jauh lebih membosankan daripada yang biasanya. Kyungsoo memang murid yang selalu mendengar baik-baik petuah setiap gurunya, bukan karena ia butuh nasehat atau apa, tapi Kyungsoo pikir menjadi pendengar adalah hal yang mudah, apa sulitnya untuk mendengar? Ia hanya perlu berdiri, memasang telinga dan menahan rasa kantuk untuk beberapa menit.

“ Menang atau kalah itu adalah urusan kedua.”

Tapi pidato kali ini, Kyungsoo benar-benar menyerah. Kepala sekolah memberikan berbagai nasehat yang berkesan setiap muridnya akan menghalalkan segala cara untuk menang. Apa ia pikir muridnya seliar itu?  Kyungsoo bertanya dalam hati.

“Ah tali sepatuku lepas.” Kyungsoo berkata pelan berbohong pada dirinya sendiri, kakinya pegal dan ia jenuh berdiri.

Chaeri mendengus melihat Kyungsoo yang mengikat ulang tali sepatunya yang dari awal sudah terikat sempurna. Pintar sekali Kyungsoo Chaeri berkata dalam hati. Apa ia harus melakukan trik murahan juga? Chaeri sudah tahu apa isi pidato kepala sekolah hari ini, beberapa hari yang lalu sepanjang ia membantu guru Park menyiapkan bahan materi untuk kelas minggu depan ia terus mendengar kepala sekolah yang terus berlatih di depan guru bahasa mereka.

“Chaeri!” Seseorang berbisik memanggil namanya. Chaeri segera menengok dan mendapati teman sekelompoknya Bomi melambaikan tangannya sembunyi-sembunyi. Chaeri menaikkan sebelah alisnya “Ada apa?” Chaeri balas berbisik.

“Mau ke toilet? Ada hal yang ingin kutanyakan.”

Chaeri menarik ujung bibirnya ke kiri dan tersenyum, tidak perlu melakukan trik murahan ia juga bisa terbebas dari pidato ini. “Ayo.” Mereka berdua pun berjalan keluar barisan, membuat Baekhyun yang berdiri tepat di belakang Bomi mendecak merasa iri. Baekhyun juga ingin keluar, sayangnya Jongin dan Chen sudah memakai taktik izin ke toilet duluan. Apa ia harus berdiri di sini? Berapa kali ia berusaha mendengar pun, kata-kata kepala sekolah tidak masuk ke kepalanya. Ia ingin menang.

Luhan yang berusaha terlihat fokus mendengar pidato terus melirik barisan guru memastikan apakah mata mereka sedang menatap ke arahnya.  Meskipun beresiko tapi bukan Luhan namanya kalau ia tidak mencoba. Sambil berusaha terlihat tenang ia pun berjalan mundur sampai berada di barisan belakang.

“Hah!” Luhan menghela napas lega begitu misinya berhasil. Baris belakang merupakan baris langganannya. Tanpa perlu melihat kanan kiri memastikan keadaan Luhan kembali memasang earphonenya dan memilih menjadikan dunianya menjadi music video.

Daripada memperhatikan kepala sekolah yang selalu memasang wajah datar Luhan memilih mencari objek lain untuk ditonton. Dan matanya jatuh pada perempuan yang berada tiga baris di depannya.

Apa yang harus kulakukan untuk membangunkannya? Luhan bertanya dalam hati. Melihat punggung Sena yang tidak berhenti miring kanan kiri ia tahu perempuan itu sedang tertidur (sambil berdiri) ia tahu ia harus menghancurkan kesenangan musuhnya itu. Beberapa detik kemudian Luhan pun menjetikkan jarinya mendapat ide.

“Baiklah Park Sena..” Luhan yang sudah menggenggam beberapa kerikil siap untuk diarahkan pada kepala perempuan itu menggigit bibirnya menahan senyum.

“Satu..dua..tiga!” Luhan langsung melempar, kalau prediksinya tepat kerikil itu akan menyentuh tengkuk leher Sena.

Luhan langsung jongkok. Prediksinya salah, kenapa akhir-akhir ini prediksinya selalu salah? Luhan mengumpat dalam hati. Dengan perlahan ia mengangkat kepalanya, Nami yang kepalanya tepat terkena kerikil yang paling besar sudah membalikkan badannya, matanya langsung menangkap sosok Luhan yang sudah jongkok menyembunyikan wajahnya. Dari tadi Nami sedang menahan sakit perut dan seseorang melemparinya batu, mencari masalah dengan Seo Nami adalah hal yang buruk Nami berkata dalam hati.

Ia pun melepas sebelah sepatunya, melempar dengan kerikil terlalu susah untuk seorang Nami.

“Rasakan!”

Detik berikutnya Sungjong yang daritadi memperhatikan Luhan (karena ia yakin laki-laki itu tidak akan diam saja) menggelengkan-gelengkan kepalanya, dua teman sekelompoknya selalu bertengkar. Apa ia masih bisa menang?

#

#

“Chaeri apa aku boleh tukar posisi denganmu?” Bomi yang hanya menjadikan toilet sebagai alasannya sedang mengobrol dengan Chaeri di koridor.

“Tukar posisi? Bukankah kemarin semuanya sudah setuju dengan posisi masing-masing?”

Bomi menggelengkan kepalanya “Aku tidak mau menjadi pelari terakhir, kemarin Kyungsoo memintaku karena Chorong juga sama-sama pelari terakhir, ia tahu aku dan Chorong sama-sama suka Luhan, dan ia memanfaatkan hal itu.“

Chaeri hanya mengangguk, ia memang setuju dengan siasat Kyungsoo, tapi kata-kata ‘memanfaatkan’ dari Bomi membuat ia merasa jahat. “Kenapa tidak mau?”

“Chorong itu pelari cepat! Aku bisa malu kalau kalah dengannya.” Bomi menggigit bibirnya, ia hanya bisa berbicara pada Chaeri soal ini, ia yakin Chaeri masih murid baru yang netral.

“Jadi kau pikir kalau aku yang kalah aku tidak malu?” Chaeri berkata malas. Ia memang tidak kenal dengan kemampuan setiap teman-temannya, tapi ia jengkel kenapa harus ia yang dikorbankan? Kenapa tidak Seukri saja?

“Tolonglah, lagi pula latihan kemarin staminamu lumayan kuat Chaeri!” Bomi memegang tangan Chaeri. Chaeri melepas tangannya dan mengangguk, merasa pertukaran posisi ini menjadi terlalu dramatis “Baiklah aku bilang pada Kyungsoo.”

Yay!” Bomi berseru

Tepat ketika Bomi memeluk Chaeri tiba-tiba seseorang datang. Jongin dan Chen datang berdampingan. Jongin menatap Bomi dan Chaeri bergantian “Siapa di antara kalian pelari terakhir untuk estafet putri?”

Chaeri menunjuk Bomi dan memberi isyarat pada perempuan itu diam mengikuti skenarionya.

“Bomi?” Jongin memperhatikan Bomi dari kaki sampai kepala. “Baguslah, berarti Sena bisa menang.”

Chaeri mendengus dan mengangkat dagunya merasa orang di depannya itu terlalu meremehkan. “Kenapa percaya sekali Sena akan menang?” Meskipun Sena temannya entah kenapa soal pertandingan Chaeri tidak peduli lagi siapa yang menjadi lawannya.

“Sena bertubuh ringan, dan tim lainnya Bomi dan Chorong memang langkahnya lebih lebar tapi soal kecepatan sepertinya Sena lebih cepat.”

“Hei Chorong itu cepat!” Chen membela teman sekelompoknya, ikut merasa diremehkan.

Jongin  hanya tertawa mendapati temannya terlihat mengambil serius kata-katanya “Itu analisku!” Ia pun tersenyum pada Chaeri “Harusnya kau yang jadi pelari terakhir.”

Jongin dan Chen pun kembali berjalan melewati Chaeri dan Bomi. Bomi memajukan mulutnya dan berpura-pura memukul laki-laki yang terlalu percaya diri itu. “Untung kau yang jadi pelari terakhir! Ayo Chaeri! Kita harus kembali!” Bomi pun menarik tangan Chaeri tidak peduli perempuan itu tidak memberikan respon apa-apa, masih tenggelam dengan pikirannya.

#

“Sina! Ingat kau harus berlari secepat mungkin! Pokoknya selalu bayangkan ada singa yang berlari kelaparan mengiramu adalah kijang yang pincang!” Jongin memotivasi teman sekelompoknya yang paling terlihat tidak memiliki niat untuk menang.

“Kenapa kijang yang pincang?” Sina tidak terima dirinya dikira kijang yang pincang. “Aku tidak mau kijang yang pincang.” Ia pun berjalan meninggalkan Jongin yang melongo melihat motivasinya gagal. Jongin harus belajar membuat perumpamaan yang benar.

Chaeri tertawa melihat Jongin yang menggigit bibirnya malu akan reaksi yang diterimanya dari Sina. Chaeri yang harusnya menjadi lawan Sina terus terang sedikit lega mengganti posisinya. Ia curiga murid yang tidak menunjukkan tanda apa-apa itu tahu-tahunya merupakan senjata rahasia tim mereka. Tidak ada yang tahu, siapa tahu Sina yang seperti itu sebenarnya pelari cepat?

“Kenapa ingin sekali berganti posisi?” Kyungsoo yang tahu-tahu berdiri di sebelah Chaeri membuat perempuan itu tersentak kaget. “Hanya ingin membuktikkan kalau tubuhku lebih ringan dari Sena.” Chaeri menjawab datar sambil memperhatikan tim Jongin yang sedang melakukan pemanasan.

Kyungsoo hanya tertawa, awalnya ia memang protes, menurutnya Chaeri lebih cocok menjadi pelari pertama, senjata terakhir lebih cocok untuk Bomi yang memang dulu anggota klub atletik, ditambah ada saingannya Chorong. Tapi Chaeri yang terlihat serius dengan pilihannya membuat Kyungsoo mencoba percaya pada perempuan ini. Sambil melirik sekali-kali pada Chaeri yang masih memandang tim lawan Kyungsoo memegang tengkuk lehernya merasa kebingungan, ada sesuatu yang harus dilakukan pada Chaeri sebelum perempuan ini berlari.

“Chaeri?”

Chaeri terdiam beberapa detik hingga akhirnya ia menengok dan menatap Kyungsoo yang menghindari tatapannya “Apa?”

Kyungsoo yang dari tadi tangan kanannya meremas ikat rambut yang ia beli kemarin menghela napas berusaha menenangkan jantungnya, akhirnya hal yang ia tunggu dari dulu datang juga. “Ini untukmu.”

“Ikat rambut? Untuk apa? Aku belum ulang tahun Kyungsoo.” Chaeri yang kaget melihat Kyungsoo menjulurinya ikat rambut hitam dengan sentuhan glitter hanya menatap barang itu, belum mau mengambilnya. Ia merasa hubungannya dengan Kyungsoo belum sedekat itu sampai bisa menerima hadiah darinya.

“Ini ucapan terima kasih karena—“ Kyungsoo diam, ia sudah memikirkan kalimatnya tapi lupa. Pengalaman pertama kali memberi hadiah pada perempuan membuat laki-laki ini benar-benar gugup.

“Karena?” Chaeri penasaran. Do Kyungsoo berutang dengannya? Bukankah itu sebuah kehormatan besar?

“Karena menggantikanku membantu guru Park menyiapkan materinya.” Kyungsoo berkata dengan lancar begitu otaknya mulai bisa mengatasi rasa gugup.

Chaeri mendecak, ia kira sesuatu yang lebih penting “Baiklah, dan gara-gara itu aku harus mendengar kepala sekolah berpidato sampai aku hafal isinya.” Chaeri pun mengambil ikat rambut itu dari tangan Kyungsoo. Ia memang merasa gerah dengan rambutnya tapi terlalu malas mempedulikan hal itu ia memilih cuek.

Dengan cepat Chaeri mengikat rambut tebalnya, ia tidak tahu benar apa itu sudah rapi atau belum, tapi yang jelas rambut yang menutupi lehernya sudah terangkat, Chaeri merasa cukup.

Kyungsoo yang tersenyum senang melihat Chaeri menerima ikat rambutnya tiba-tiba mengerutkan keningnya melihat perempuan ini mengingat rambutnya begitu asal. Ikatannya sama sekali tidak rapi, masih menyisakan rambut yang harusnya ikut terikat. Tidak suka melihatnya tangan Kyungsoo otomatis menyentuh ikatan Chaeri dan melepasnya lagi “Biar aku yang ikat.”

“Kau bisa? Kau kan laki-laki? “ Chaeri yang awalnya kaget tiba-tiba ingat kalau Kyungsoo memang memiliki OCD sehingga ia memilih pasrah Kyungsoo melakukan apa yang ia anggap benar.

Kyungsoo tersenyum selesai mengikat rambut Chaeri dengan gaya ekor kuda, seluruh rambut tebal Chaeri sudah bersatu rapi dalam satu ikatan, ikal di ujung rambut membuat Kyungsoo yang menyukai rambut lurus berpikir kalau rambut ikal sebenarnya terlihat manis untuk perempuan.

“Coba aku lihat.” Kyungsoo membalik badan Chaeri, penasaran dengan hasil karyanya.

Chaeri yang kaget merasakan Kyungsoo memegang bahunya dan membalik tubuhnya segera menghindari tatapan Kyungsoo begitu mereka berhadapan. “Aku merasa lebih segar, terima kasih.” Hanya itu yang bisa Chaeri katakan.

“Hmm” Kyungsoo hanya menggumam lalu melepas bahu Chaeri dan berjalan meninggalkannya. Chaeri terdiam melihat Kyungsoo yang terdengar tidak begitu puas. Apa ada sesuatu yang kurang? Chaeri memiringkan kepalanya tidak mengerti.

#

Sungjong memperhatikan Nami yang sedang berdiri dengan masing-masing tangan terkepal dengan kepala tertunduk, meskipun Sungjong tidak memiliki kekuatan membaca aura entah kenapa ia merasa sekeliling Nami begitu gelap, apa ia bertengkar dengan Luhan lagi? Baru saja Sungjong ingin menghampiri perempuan itu Nami sudah berteriak memanggil namanya “Sungjong!”

Dengan malas Sungjong berjalan menghampiri Nami, perempuan ini selalu berkuasa membuat harus Sungjong yang menghampirinya. “Kenapa? Masih sakit perut?” Ia menanyakan hal yang dari tadi Nami keluhkan sejak pidato kepala sekolah dimulai. Nami menggelengkan kepalanya, ia segera berdiri mengangkat kepalanya hingga berjarak sejengkal dengan Sungjong. 

“Apa yang kau lakukan? Kenapa terlihat begitu serius?” Sungjong mundur selangkah dan bertanya melihat Nami menatapnya tajam dengan kedua alis hampir bertaut. “Apa aku boleh menggantikan Chorong jadi pelari terakhir?”

Sungjong diam, masih menunggu Nami menjelaskan semuanya, tapi Nami hanya memandangnya merasa kalimat tadi sudah cukup membuat Sungjong memenuhi permintaannya, hal itu membuat Sungjong menghela napas. “Kemarin kau memohon padaku untuk menjadi pelari kedua dan sekarang tepat sebelum pertandingan dimulai kau minta ganti posisi lagi?”

Nami segera mengangguk “Benar! Apa aku boleh?”

Sungjong menatap Nami dengan datar “Kalau aku bilang tidak boleh memang kau akan mendengar?” Ia berkata dalam hati.

“Mau bagaimana lagi? Sana bicara pada Chorong.” Sungjong pun berjalan meninggalkan Nami. Nami yang lega Sungjong tidak tertarik untuk menanyakan alasannya segera melompat kesenangan. Sambil menahan senyum ia memperhatikan Chaeri yang sedang melakukan pemanasan, pertandingan kali ini akan menjadi pertandingan harga dirinya. Do Kyungsoo harus tahu kalau pilihannya mempercayai Chaeri sebagai pelari terakhir salah.

#

Baekhyun tidak begitu peduli soal estafet putri, dari awal ia memang berencana mendapatkan skor dari pertanding grup putra. Selama permainan tidak melibatkan dirinya ia tidak begitu ambil perhatian soal permainan itu. Tapi satu hal membuat Baekhyun merasa sesuatu yang menarik akan terjadi. Ia sampai menggosok matanya untuk memastikan apa yang ia lihat itu tidak salah. Moon Chaeri sebagai pelari terakhir? Baekhyun memincingkan matanya berusaha meyakinkan apakah benar itu Chaeri, mengingat perempuan itu mengingat rambutnya menjadi satu, hal yang tidak pernah Chaeri lakukan. Kenapa seorang seperti Chaeri bisa dipercayakan untuk menjadi pelari terakhir?

“D.O!” Baekhyun memanggil Kyungsoo yang hanya berdiri, tidak jelas apa yang dilakukannya.

Kyungsoo langsung menengok dan berjalan menghampiri Baekhyun, biasanya ia akan meminta orang yang memanggil untuk menghampirinya, tapi saat ini ia memang butuh seseorang untuk mengajaknya mengobrol, mungkin Baekhyun bisa membuatnya tertawa atau apa.

“Hei kenapa mukamu merah sekali?” Baekhyun mengamati Kyungsoo dengan aneh begitu laki-laki ini tepat berada di hadapannya. Kyungsoo mengembungkan pipinya dan membuang napas “Kurasa karena cuaca hari ini panas sekali.” Ia mengipas-ngipas wajahnya sendiri.

Baekhyun memiringkan kepalanya, merasa ada alasan lain dibalik wajah merah padam Kyungsoo tapi soal Chaeri membuatnya memutuskan tidak mempermasalahkan alasan klasik Kyungsoo

“Bagaimana bisa kau membuat Moon Chaeri sebagai pelari terakhir?” Baekhyun langsung membawa ke inti pembicaraan. Ia tahu Kyungsoo itu laki-laki rasional yang tahu kalau pelari terakhir adalah posisi yang penting.

Kyungsoo langsung menengokkan kepalanya mengamati Chaeri yang sedang berlari di tempat di posisinya. “Apakah aneh sekali?”

Baekhyun segera mengangguk “Tentu saja aneh! Aku tahu Chaeri itu tidak atletis, dia pasti kehabisan tenaga begitu sudah berlari 100 meter.”

Kyungsoo hanya terkekeh “Benarkah? Lalu menurutmu Sena tidak akan kehabisan tenaga? Bagaimana dengan Nami? Kau tidak bertanya pada Sungjong?”

Baekhyun hanya mendengus dan memperhatikan Sena “Sena akan kehabisan tenaga, tapi coba lihat, di garis finish aku sudah meminta pangerannya Jongin menungguinya. “

Kyungsoo mengangguk-angguk seperti menimbang baik-baik kata-kata Baekhyun “Apa aku harus berdiri di garis finish juga?”

Baekhyun tertawa mendengar pertanyaan Kyungsoo, menyemangati sama sekali bukan gaya Kyungsoo “Untuk menyemangati siapa? Nami atau Chaeri?”

“Tentu saja Chaeri.” Kyungsoo pun berjalan pergi meninggalkan Baekhyun yang mengerutkan dahinya. Detik sebelumnya ia merasa Kyungsoo hanya bercanda dan sekarang laki-laki ini benar-benar pergi untuk menyemangati Chaeri. Banyak pertanyaan berkelibat di otak Baekhyun. Pertama, sejak kapan Kyungsoo mau menggunakan tenaganya untuk menyemangati seseorang? Sampai tahun lalu Kyungsoo masih memilih berteduh di bawah tenda ketika teman setimnya terkilir saat berlari. Kedua, bagaimana Kyungsoo akan menyemangati Chaeri? Melompat-lompat dan meneriakkan nama Moon Chaeri? Baekhyun segera menggelengkan kepalanya, merasa khayalannya terlalu mustahil.

Baekhyun mengacak-acak rambutnya, dari pada terus menduga lebih baik ia lihat sendiri. Baekhyun pun berlari dan menyusul Kyungsoo, pertanyaan ketiga ingin ia tanyakan langsung pada Kyungsoo, tapi ia pikir Kyungsoo pun tidak tahu jawabannya. Bagaimana bisa Kyungsoo yakin Chaeri membutuhkan semangat darinya?

#

Sena mengikat ikat kepalanya lebih kuat, pertandingan ini menjadi penentu bagaimana festival olahraga akan berjalan, oleh karena itu ia harus berusaha sekuat mungkin, membangkitkan atmosfer teman-temannya. Pertanyaan untuk Sena sekarang adalah kenapa Sungjong dan Kyungsoo sama-sama menggantikan posisi pelari terakhir tepat sebelum pertandingan dimulai? Sebagai catatan, orang yang menggantikan Chorong dan Bomi tak lain adalah perempuan yang ia tahu sama sekali tidak antusias soal olahraga; Chaeri dan Nami. Soal Chaeri, Sena bersyukur, bukannya meremehkan temannya tapi bertanding dengan Chaeri membuat ia merasa lebih rileks. Berbeda dengan Nami, perempuan ini salah satu orang yang Sena hindari. Sena masih ingat bagaimana ia dan Nami pernah berselisih memperebutkan kursi di sebelah Kyungsoo saat di perpustakaan dulu. Hal itu cukup membuat Sena yakin Nami bukan rival yang mudah.

Sena memandang jam tangannya, beberapa detik lagi suara letusan pistol pertandingan akan terdengar.

“Namii!”

Suara yang sangat ia kenal memanggil Nami, dan anehnya Sena ikut menengok pada asal suara.

“Kau harus menang!” Luhan berteriak, ini benar-benar aneh. Sena pikir Luhan membenci Nami, bahkan Luhan masih mengompres pipinya yang terkena sepatu Nami dan laki-laki ini tetap mendukung orang yang melemparnya? Nami yang mendapat dukungan dari Luhan hanya mendengus, ia tidak begitu peduli siapa yang menang yang penting ia tidak kalah dari Chaeri.

Beberapa detik kemudian pandangan Luhan beralih pada orang sebelah Nami; Sena. Pandangan keduanya tidak sengaja bertemu, Sena pikir Luhan akan mengalihkan pandangannya dari dirinya, tapi keduanya tetap bertatapan, menyadari suasana menjadi kaku Luhan segera menjulurkan lidahnya pada Sena lalu membuang muka. “YA!” Sena berteriak, baru ia ingin mengatai Luhan suara pistol sudah berbunyi.

“Aish!” Sena mengumpat, ia segera menengok kebelakang menunggu temannya, meladeni Luhan hanya membuat konsentrasinya berkurang.

#

Chaeri menelan ludah, siluet Seukri sudah mulai terlihat. Jantungnya luar biasa berdebar sangat kencang, ini pertama kalinya ia diposisikan menjadi penentu. Chaeri tahu ia tidak mungkin menang, dari awal targetnya hanya jangan sampai kalah dari Sena. Ia tidak ambil pusing soal Nami.

“Chaeri!” Seukri yang terengah-engah meletakkan tongkat pada tangan Chaeri yang dari tadi sudah terjulur. Chaeri menarik napas, sekarang saatnya. 

________________________________________________

Author’s note 

PLS tebak siapa yang menang.
Daan kenapa tiba2 cameo Apink bermunculan? Karena author males nyari nama korea dan nama member apink lucu2 btw author bahkan ga tau Bomi yg mana, Chorong yang mana -_- Chapter selanjutnya cameo  baru akan muncul untuk menambah serunya festival olahraga! WOHOO

42 thoughts on “Detour #09

  1. banjir cameo, dan ada Sungjae ASDJHASKLFSDJKA
    sumpah, semakin lama aku semakin gak ngerti Chaeri bakal sama siapa. Baekhyun sama Kyungsoo punya style-nya sendiri yg bikin gak ngerti harus gimana T.T

    jangan biarkan menggantung terlalu lama~~ (ayo Chaeri, tidak atletis bukan berarti lambat!/sesama saling mendukung)
    fast update! fast update! fast update!/cheers ala Kwangsoo

      • lanjutin aja dulu, nanti juga bakal dapet pencerahan.
        siapa tau dapet plot twist yang bikin orang klepek2
        kekeke~~~

  2. Part selanjutnya jgn lama-lama yah thot…
    Soalnya.. aku suka banget sama cerita yg ini dan PASTEL
    Kedua ceritanya bagus, keren, dam beda dari biasanya
    Ditunggu part selanjutnya

  3. uwaaaaaaa… hara ada dimana-mana xD
    jadi, aku mau nanya. hara itu dapet ilmu darimana sih bisa temenan sama semua cast di ff mu thor? trus aku lupa deh, emang jongin sejak kapan temenan juga sama hara? wk buat moment harajongin juga thor *ini apa sih mintanya aneh2* wkwk
    sumpeh thor hal kecil yang munculnya nyempil2 macam hara aja bikin aku tertarik. author hebat banget :’)
    jadi penasaran hara itu anak siapa sih? kerjaannya maen sendiri mulu ampe ditemenin cowok-cowok cakep *sewot*

    sama kyungsooooooooooooo, ya ampun salah apa saya jadi naksir sama dia u,u tao maafkan akoooh (?) aku suka pake banget sama D.O disini 🙂 dia tuh bisa lucu, ngegemesin, berwibawa, idiot, ganteng, cool dalam satu waktu. setiap abis baca detour pasti langsung kesemsem sama diyoooonyaaaaah :3 muekkeke
    jadi chaeri sama diyo apa baekhyun neeeh? jangan bikin aku galau thor. karena aku udah mulai suka sama kedua pairingnya. kan gak mungkin chaerinya dibagi duaaa :”
    ayolaah chaerinya masih abu-abu nih, tentukan pilihan mu dari sekarang *ala take me out* ._.

    oiya kompetisinyaaaa… aku jadi gak bisa nebak. analisis ku kemaren ternyata melenceng xD tapi kalo aku bener trus boleh request, mau jonginhara sama kyungsoohara moment yak *plakplak wakakaka

    oke cukup sekian dari saya, sampai ketemu di komen-komen berikutnya xD dadaaaah ^^

    • wkwk jongin temenan sama hara waktu tao ngelatih hara main basket terus jongin muncul emang tersirat sih cerita mereka. Hara itu…dia cuma beruntung doang kok kedapetan terus temenan sama oppa2 kita XD
      Aahh seneng bgt karakter kyungsoo disukaai iya aku juga gemes sendiri ngetiknya, dan soal chaeri sama siapa karena aku masih menikmati membangun chemistry masing2 mereka jadi untuk sampe saat ini belum bisa diputuskan ya 😉 author masih abu2 juga o.o
      yaampun request hara feat. kaisoo aja sekalian XD haha

  4. aigoo… kok malah jadi pada ganti posisi sih?
    ah author… tau gak sih ? aku serasa kaya ada di dalam cerita.. itu tuh serasa nyata banget…
    pokoknya JEMPOL lah buat author ama ff ini 😀

  5. Kayaknya kyungso tertarik sama chaeri ya ? Ahh bingung jadinya mau dukung siapa.
    BaekRi atau KyungRi
    ahh yasudah aku dukung LuNa (luhan-sena) wkwkwk
    luhan jail bgt. Habis tatap2an sama sena malah meletin lidah –‘

  6. Jiiahh,, Chaeri beruntung ya melewati minggu pagi dengan 2 pria imut lucu nan tampan.. Ngiri ah, diajarin naik sepeda sama Baekhyun, tapi suer kocak banget bumbu humornya kental sampe ga bisa brenti senyum jijay gini

    Luhaann.. Sebenernya aku yang bego atau kurang nyadar kalo Luhan itu bengal bgt di sini,

    Oh iya,itu ada typo ya,
    …mengingat perempuan itu mengingat rambutnya jadi satu.

    Siapa yang menang? clueless..

    -@donghhaesbutt-

  7. Jujur di part ini aku khawatir gra2 momentnya d.o dan chaeri. Hhmm…
    Baek lamban bnget sih kalau di biarin d.o sma chaeri bakal lbih deket ihhk jdi gemes bngt

  8. akkkkkkkkkkk beneran deh thor aku baca ini jadi kaya orng yang lagi kasmarannnnn , baca tentang kyungsoo yang sifatnya emng dingin dan cuek berubah jadi manis dan perhatian ke chaeri

  9. Akhhh keren akhhh keren ceritanya semakin keren huhuhuhu
    Ini yang jadi penentu terakhirnya secara tidak langsung adalah yeoja yang suka sama dio wlpun chaeri blm pasti, krn kemungkinan perasaan dia sama kyungsoo sebatas kagum. Soal’a kebanyakan kl chaeri susah mesti ada bebek. Akhhh pangeran-pangeran tampan qw tetep exis (liat bang lulu, baekhyun,kyungsoo,jongin,sehun dan chen tinggal kris sama lay yg blm exis) woii reader emang ada kris sama lay -_-

  10. Pingback: Rekomendai Fanfiction | Anggi Nindya Sari

  11. waw.. makin bxk tokoh bermunculan aka cameo y..
    hyhyhy.. kyung wae..?
    suka yah ama chaeri.. tp sy sukax pairing baekri..
    hehehe

  12. wkwkwk samaaaa, aku juga gak tau bomi yg mana chorong yg mana wkwk btw sina sama sena itu beda orang kah eon?? ku bingung wkwk knpa luhan kayak dendam bgt sma sena wkwk ngakakk tapi kayak pernah ada sesuatu ya, sampe luhan milih dukung nami daripada sena ug kelompoknya sendiri wkwk baekhyun blm suka ya sma chaeri?? aku baekri ship aja deh, biar soosoo sama nami ajaa hahahaa

  13. Pingback: rekomendasi ff exo berchapter | choihyunyoo

  14. Maaf thor baru bisa komen di chap.9 hehe ini ff udh lama tpi kok aku baru tau ada ff sekeren ini 😀 serius, setiap chapter pasti bikin ketawa, trus critanya gak bosenin dan bahasanya enak buat dibaca, ijin lanjut baca thorr.

  15. Pingback: rekomendasi ff EXO berchapter part 1 | choihyunyoo111's Blog

  16. Ahhhh kalo setiap baca dan di chapternya ada baekhyun-chaeri moment pasti aku pengen mereka jadian, tapi kalo di chapter itu ada kyungsoo-chaeri moment kaya chapter ini malah pengen mereka jadian. Aha, author sukses buat para readers bimbang untuk jadi shipper siapa :v
    Btw, kenapa si luhan nyemangatin si nami ya? Apa karena akting atau gimana? Malah menurut aku luhan sukanya sama sena. Thor, kenapa sehun ga muncul T.T
    Aaaaaaa! Kyungsoo, lo so sweet banget si! Ciaat, si baek cemburu ya? Atau gimana pas denger si kyungsoo jawab pertanyaannya?

    Semangat ya untuk chaeri yang posisinya jadi penentu! 😀 moga menang deh!

  17. Wihh…seru bgt ey
    ciyee yg latihan sepeda 😀 suasana yg terjadi jika ada Baekhyun dan Chaeri bikin ketawa gaje 😀

Leave a reply to pikrachu Cancel reply