Catching Feeling [11/?]

Chap 11 – music sounds better with you

 

S A R A N G

 

Seminggu kemudian aku tidak pernah bertemu dengan Minseok.

 Setelah sore ia menyerahkan kunci mobilnya padaku semua berujung menjadi Kyungsoo yang mengantarku ke sekolah Nara, kami pergi dengan mobilnya setelah mengambil barang dari bagasi Audi Baozi. Kelas Nara mengadakan workshop dan kakak laki-lakinya itu harusnya datang ke sana sebagai salah satu panitia tapi karena pertandingan ‘penting’ itu Minseok memintaku datang menggantikannya.

Nara memasang wajah kaget komikal saat melihat aku berjalan menuju kelasnya membawa kotak berisi keju bersama Kyungsoo yang memasang wajah bosan. Mereka mengadakan Cheese Tasting Class, aku sampai menganga ketika Nara memberitahuku itu ide Minseok. Saat itu Kyungsoo berniat pulang tapi aku menahannya karena merasakan dua belas jenis keju terdengar menarik di telingaku. Kyungsoo berhasil kupaksa menjadi peserta dan semua menjadi menggelikan ketika pada akhirnya laki-laki itu yang menjadi pemenang kuis tebak jenis keju.

Oleh karenanya, kembali lagi soal selama seminggu aku tidak pernah bertemu Minseok, pada akhirnya aku bisa bertemu dengannya. Jam sembilan pagi di lapangan basket mungil halaman rumahnya.

Saat aku mendorong buka pintu pagar rumahnya Minseok sedang melakukan three-point, wajahnya serius tapi lemparannya gagal jadi aku tertawa terlalu keras sampai ia menengok. Minseok tidak kaget melihatku, mungkin ia sudah tahu jadwal periksa gigiku memang pagi ini. Ia  hanya melambaikan tangan memperbolehkanku masuk seolah aku tukang pos. Aku memilih memaksakan senyum karena bagaimana pun kami bertemu lagi setelah seminggu.

“Jadi, setelah seminggu menghilang tidak bertanggung jawab, tidak ada tanda terima kasih aku telah membantu Nara? “ Tiba-tiba aku berlebihan mungkin terbawa emosi melihat Minseok tidak menghargai bantuanku.

Minseok kembali melakukan three-point nya, masih gagal jadi aku sengaja mendengus keras tapi laki-laki itu hanya mengabaikanku .

 “Kau potong rambut?” Tahu-tahu itu yang Minseok katakan setelah kami berdiaman hampir dua menit.

“Menurutmu?” Aku membuang napas dan melipat tangan di depan dada, Nara mengatakan Minseok selalu marah sambil melipat dada jadi aku menirunya. “Rambutku memendek sendiri?” Aku segera berjalan cepat memasuki rumahnya meninggalkannya dengan three-point yang pada akhirnya berhasil.

Minseok benar. Aku memotong rambutku, pendek sebahu seperti Kiko Mizuhara. Kyungsoo pernah mengatakan ia suka perempuan berambut panjang, well itu salah satu alasan kenapa aku mempertahankan rambut panjang. Tapi tiba-tiba aku ingin melepas diri dari kriteria Kyungsoo jadi aku memotong rambutku dan Kyungsoo mengatakan aku terlihat manis.

Sampai di dalam rumahnya perhatianku langsung tertuju pada kotak di atas meja makan. Terlihat janggal karena keluarga Kim selalu meletakkan barang ditempat semestinya, kotak tidak  menarik seperti itu lebih baik disimpan di dalam gudang. “Itu hadiah untukmu.”

“Jangan bercanda. Untuk apa memberiku hadiah.” Aku memincingkan mata pura-pura tidak terlalu senang tapi kenyataannya kakiku berjalan cepat mendekati meja makan.

Sambil mengelap keringatnya dengan handuk motif bunga matahari ia menghampiriku, aku mundur selangkah karena firasat Minseok bau badan tapi begitu ia mendekat aku hanya mencium wangi lemonade jadi pada akhirnya aku membiarkan Minseok berdiri di sebelahku. “Aku kurang suka bercanda.“ Ujarnya sambil mengambil sepiring baby carrot dari meja.

Sementara Minseok memakan wortelnya seperti kau memakan pocky aku segera membuka kotak itu perlahan, mau tidak mau tersenyum lebar karena rasanya menyenangkan mendapat hadiah di pagi hari. Di dalamnya berisi benda, dan Minseok benar, ini hadiahku, ia tidak bercanda, mulutku sampai menganga otomatis,. “Bagaimana kau membeli ini?”

“Pertandingan penting yang kubilang kemarin.” Minseok menggaruk kepalanya aku dapat melihatnya berusaha menyusun kalimatnya sementara aku mengeluarkan mixer dari kotak itu. Minseok membelikanku mixer tua yang aku temukan di toko barang antik saat kami di Jepang, aku tidak bisa membelinya karena seluruh uang jajanku sudah terpakai dan Minseok mungkin tahu aku sempat bertengkar dengan ibuku yang tidak mau membelikanku mixer kuno itu.

“Selama ini aku selalu menjadi pemain cadangan dan pelatih tiba-tiba menelponku memintaku menggantikan Sehun. Tim kami akan bertanding di Jepang.  Jadi kemarin— maksudku minggu lalu, aku benar-benar panik, aku harus segera ke bandara tapi aku lupa aku punya janji dengan Nara. Saat itu aku melihatmu masuk Seven Eleven dan tanpa sadar aku langsung menghampirimu.”

Aku sampai mengerjapkan mataku dua kali karena itu adalah kalimat terpanjang yang pernah Minseok katakan padaku. Harusnya aku segera berterima kasih soal mixer atau menanyakan bagaimana pertandingannya tapi Minseok justru tersenyum padaku, kenapa ia tersenyum padaku?

“Jadi, Nara bilang kau datang bersama Kyungsoo?”

“Surat itu, ternyata dari Kyungsoo.” Ucapku pada Minseok. Rasanya canggung karena Minseok tidak pernah tahu ceritaku dengan Kyungsoo.

“Artinya aku tidak jadi mendapat sepatu baru. Kau sudah menemukan pengirimnya lebih cepat dari padaku.” Minseok meniup poninya. Aku mengerjapkan mataku lagi, untuk memastikan kalau ia benar-benar masih Baozi. Minseok tidak pernah seperti ini di depanku, ia tidak pernah meniup poninya di depanku, hal yang terlalu sering ia lakukan di depanku sampai aku bosan adalah memijit tulang hidungnya.

“Aku akan membelikanmu sepatu. Sesuatu untuk merayakan— mmm jadi kalian menang?”

“Kalah. Tapi bagaimana pun juga tetap menyenangkan.”

Aku hanya menepuk bahu Minseok. Tiba-tiba aku ingin menanyakan soal perbedaan jenis keju pada Minseok tapi tiba-tiba Dr. Kim memanggilku jadi aku segera memasuki ruang periksa.

***

Setelah pertemuan singkat itu aku tidak bertemu Minseok lagi.

Memang kami tidak selalu bertemu setiap hari, tapi bagaimana pun juga entah melalui Lu Han atau kunjungan periksa gigi aku selalu bertemu Minseok. Belakangan ini menghitung sudah berapa hari aku tidak melihat Minseok jadi semacam kebiasaan. Seperti saat aku melihatnya sekilas menaiki tangga perpustakaan tanpa sadar aku mengatakan pada diri sendiri ‘wah ini sudah dua hari aku tidak melihat Baozi’. Lalu hari ini aku melihatnya turun dari mobil, dan sekali lagi tanpa sadar aku menghitung sudah berapa lama aku tidak melihat Kim Minseok sampai tiba-tiba Lu Han menegurku.

“Apa yang kau lihat?” Lu Han berjalan dengan skateboardnya. Akhir-akhir ini ia terobsesi dengan benda itu, semacam obsesi yang mungkin hanya bertahan sekitar satu bulan sampai ia bosan atau menemukan hal yang baru seperti caranya menyukai dan berhenti menyukai seorang wanita.

“Aku melihat Minseok, akhir-akhir ini ia terlihat sibuk.”

“Baozi sangat sibuk. Aku dengar sepupunya baru melahirkan.”

“Lalu? Apa hubungannya?” Aku memandang Lu Han yang berusaha melakukan kickflip, sialnya ia berhasil.

“Tidak ada hubungannya. Aku hanya ingin memberitahumu kalau itu artinya Minseok sudah menjadi paman dan aku merasa heran.”

“Heran kenapa?”

“Heran kenapa kau memperhatikan Baozi ketika kau sudah punya Kyungsoo?” Lalu Lu Han melaju pergi tidak membiarkanku membalas kalimatnya.   

Mungkin Lu Han tidak tahu tapi sejujurnya hubunganku dan Kyungsoo berjalan dengan menyenangkan. Rasanya seperti coklat Skittles yang tidak pernah habis, benar-benar menyenangkan. Hal yang membuatnya istimewa karena kami tetap sama tidak ada pretensi dalam menjalani hubungan, ia tetap menjadi Kyungsoo yang jarang membalas sms tapi selalu menelpon untuk memastikan apa aku sudah makan.

Kami jarang pulang bersama memang karena jadwal kami yang kontras, ia berada di kampus dari siang sampai malam sementara aku pagi sampai siang. Ditambah akhir-akhir ini ia membuka konsultasi soal wedding decoration dengan kakak perempuan Jongin yang akan bertunangan dan aku datang sekali-kali untuk memberi ide soal pestanya. Bicara soal pesta, sebentar lagi Nara akan ulang tahun. Mungkin agak berlebihan tapi aku bertaruh ulang tahun Nara yang ke sepuluh ini akan lebih spesial dibanding sweet seventeen manapun.

“Hai. Ada yang terlupakan.”

Tiba-tiba Lu Han kembali berada di depanku. Wajahnya penuh antisipasi sampai aku berharap ia datang bukan untuk membicarakan soal ular. Tahu-tahu ia memberikan buku tulisku dengan satu tangannya lagi terjulur persis seperti anak yang meminta uang jajannya..

“Sudah selesai?” Aku memandangnya curiga.

“Menurutmu? Aku menyerah maka aku membalikkan buku ini?” Ia mendecak tidak menerima tatapan curigaku. Lu Han sedang membuka jasa mengerjakan PR Bahasa Mandarin, ia membutuhkan uang tapi tidak punya bakat kerja sambilan. Pada akhirnya otak pintarnya digunakan, meskipun untuk hal seperti ini.

“Duh Sarang.” Ia memutar bola matanya “Ini bahasa ibuku, kalau kau tidak mendapat nilai A garansi terjamin.”

“Benarkah?” Aku memberikannya beberapa lembar won. Aku tahu Lu Han selalu memegang kata-katanya, tapi mengerjakan tugasku (yang jumlahnya 10 lembar) dalam semalam ketika aku tahu ia baru saja mendapat tugas detensi karena terlambat kelas Bahasa Inggris lumayan mencengangkan.

Xie xie!” Sekali lagi ia langsung melaju cepat. Lu Han tidak pernah memberitahuku apa yang membuatnya tiba-tiba membutuhkan banyak uang, aku pernah diam-diam mengikutinya mencari tahu siapa tahu orang yang disayanginya terserang penyakit mematikan tapi semakin aku mencari tahu semakin aku mengerti Lu Han tidak mempunyai orang yang disayanginya. Jadi aku mengambil kesimpulan apapun itu alasannya aku tahu itu bukan urusanku.

Tadinya aku ingin membeli Churros tapi uang itu terpakai untuk membayar Lu Han. Jadi aku membuang napas panjang.

 

***

 

Setelah Nara menunjukkan foto keponakannnya yang baru berumur tiga hari aku tersenyum membayangkan Minseok menjadi paman.

“Dan itu artinya kau menjadi bibi.” Aku berkata pada Nara.

Nara yang sedang membaca resep kue kering mengabaikanku. Aku hanya menghela napas dan mulai mengingat kapan terakhir kali aku menggendong bayi. Kalau tidak salah satu tahu lalu, ketika kebetulan ada seorang ibu yang menitipkan bayinya padaku di pusat perbelanjaan. Saat itu aku menemani Kyungsoo membeli sepeda, setelah ujian penerimaan masuk universitas ia kolaps dan tiga hari rawat inap membuat Kyungsoo ingin memulai hidup sehat.

“Sudah lama aku tidak olahraga.” Aku menghela napas. Selagi Nara menggaruk kepalanya sambil membuka satu persatu lembaran buku resep kue kering yang kuberikan aku bersenandung dan mendongakkan kepala memperhatikan langit-langit kamar tidur Nara. Ada stiker bintang glow in the dark sama seperti yang terpajang di kamar Minseok. Hal ini membuatku kembali memikirkan Baozi. Membayangkannya menjadi paman yang mengajak keponakan kecilnya jalan pagi karena Minseok mungkin adalah anak remaja penggerak gerakan antidiabetes paling totalitas yang pernah kulihat.

“Di mana kakakmu?”

“Ia mengantar ibuku ke reuni SMAnya. “ Nara akhirnya meresponku. Tangannya menggeser buku resep dan menunjuk Strawberry Nutela Pop Tarts. “Aku ingin kita membuat ini banyaaak sekali.”

“Tidak masalah.” Aku menguap lebar dan akhirnya menyadari ini sudah dua jam sejak aku menemani Nara memilih kue kering. Aku yakin ketika besar nanti ia akan punya masalah soal mengambil keputusan secara spontan, seperti Baozi. “Kalau begitu aku pulang sekarang, aku takut ketinggalan bis terakhir.”

“Kau tidak bisa meminta Kyungsoo menjemputmu?”

“Mmmm.” Tanganku otomatis meraih ponsel. Tiba-tiba aku ingin mendengar suara laki-laki itu.

 

K Y U N G S O O

 

Lu Han menunjukkan foto bayi kucing padaku. Kakak Bianca pada akhirnya melahirkan tujuh anak kucing dan Lu Han meminta saran padaku apakah penting untuk mengadakan pesta untuk hal ini.

“Keluarga Baozi merayakan kelahiran bayi baru, kakak Kim Kai merayakan pesta pertunangan, kenapa aku tidak bisa mengadakan pesta untuk merayakan kelahiran anak kucing?”

“Siapa Baozi?” Aku yang masih menonton Game of Thrones di depan laptop hanya menangkap kalimat pertama Lu Han.

“Tetanggaku yang menyukai Sarang.”

Mataku sekilas meliriknya, melihat wajah Lu Han dan hanya mendengus ketika menemukan ia tersenyum. “Apa yang harus kulakukan?” Aku mencoba memberikan jawaban yang membuatnya puas berhasil menakutiku, yang sejujurnya aku tidak peduli siapa menyukai Sarang.

“Entaahlaah.” Ia mengendikkan bahunya dan keluar dari kamarku masih dengan skateboard kebanggaannya.

Detik berikutnya terdengar suara berisik dari dapur, ia mencari ketel dan selalu lupa kalau aku tidak punya ketel. Sementara bunyi barang berjatuhan semakin menjadi-jadi aku memilih mematikan laptopku, menonton tidak akan pernah berhasil jika ada Lu Han dengan radius kurang 100 meter darimu. Tiba-tiba ponselku bergetar ada nama Sarang sebagai penelponnya.

“Kyungsoo ini aku.”

Ia selalu mengatakan kalimat itu setiap menelponku. Selalu memikirkan kemungkinan aku sibuk dan menjawab telpon tanpa melihat siapa pemanggilnya. “Aku tahu.” Aku berdiri dan berjalan menuju balkon menghindari kemungkinan Lu Han menguping pembicaraan kami.

“Aku berada di rumah Baozi dan mungkin kau bisa menjemputku lalu kita makan malam bersama.”

Aku baru ingin menanyakan siapa Baozi sampai tiba-tiba terdengar  Lu Han bersin dan aku ingat siapa Baozi. “Tetangga Lu Han?”

Yep, tunggu bagaimana kau tahu siapa Baozi. Kau bisa datang ke sini? Aku akan mengirimkan alamatnya.”

Suara berisik dari dapur masih terdengar Lu Han mencoba menyeduh teh, gagal menemukan ketel aku yakin ia merebus teh dengan kuali besar selalu lupa aku menyimpan panci kecil di laci bawah. “Oke.” Lalu aku memutuskan panggilan lebih dulu karena kebiasaan Sarang yang tidak pernah memutuskan panggilan. Aku pernah sekali membiarkannya terus tersambung selama setengah jam sampai akhirnya aku mengerti perempuan ini mungkin lupa ponsel punya tombol merah untuk mematikan panggilan.

Ketika aku mengambil jaket dari gantungan baju Lu Han masuk ke kamar dengan cola tanpa persetujuan dariku. “Kau mau kemana?”

“Rumah Baozi.” Aku menjawab singkat dan merebut cola dari tangannya sambil berjalan. Ia mengerjapkan matanya dan tahu-tahu bertingkah dramatis dengan menghalangiku keluar.

“Kau ingin melabrak tetanggaku karena aku bilang dia menyukai Sarang? Aku bercanda Kyungsoo, sejujurnya Sarang yang menyukai—“

“Tolong Lu Han.” Aku memutar bola mata. “Aku tidak akan melakukan itu dan aku tidak peduli siapa menyukai siapa yang jelas aku harus ke rumah Baozi.”

“Untuk?”

“Untuk ke rumah bibimu dan merayakan kelahiran kucing kalian?”

Aku mendorong bahunya dan setelah aku keluar dari pintu apartemenku opening Disney langsung menyala keras, aku tahu itu, Lu Han sejak tadi menungguku keluar karena ia ingin menonton Frozen tanpa mendengar komentarku. Jika kalian punya film yang mengubah hidup kalian seperti Sarang  dengan My neighbor Totoro lalu aku dan The Secret Life of Walter Mitty maka Lu Han ia dan Frozen.

 

***

Sampai aku di depan rumah Baozi yang membuka pintu rumahnya adalah perempuan kecil yang menjadi panitia Cheese Tasting Class. Orang yang memberiku dua liter susu pasteurisasi hadiah berhasil menebak jenis keju.

“Hai Kyungsoo! “ Sarang berlari keluar, aku merasa seperti menjemput anakku karena senyum Sarang mengingatkanku bahwa aku sudah membiarkan perempuan ini menunggu selama dua jam setengah. Di tengah jalan ban mobilku bermasalah dan Sarang berkata ia akan tetap menungguku.

“Kau ingat Nara kan? Dia adik Baozi.”

Aku mengangguk dan tersenyum. Dia juga adik tetangga Lu Han yang itu harusnya aku sering melihatnya. Aku sering datang ke rumah Lu Han karena bibinya sering memintaku datang mendesain interior kamar kucingnya (yang selalu berganti tiga bulan sekali), kenapa aku tidak pernah melihat Nara sebelumnya?

“Aku Kyungsoo.”

“Aku tahu. Sarang bercerita banyak tentangmu. Kyungsoo ini dan Kyungsoo itu—“

Aku tertawa dan Sarang yang sudah siap dengan tasnya segera mendekap mulut Nara lalu keluar dan menarik tanganku. “Kalau begitu ayo kita pulang bye Nara!”

 

S A R A N G

 

Sepanjang aku menyanyikan Dear Future Husband Kyungsoo terus melirikku selama mobil berjalan 20km/jam. Kami berhenti sebentar membeli Baozi karena Kyungsoo tiba-tiba ingin memakannya. Aku mengeraskan volume radio sementara Kyungsoo yang selalu protes soal volume tidak bisa mengatakan apa-apa dengan mulut penuh penuh makanannya.

Aku membersihkan saus yang menempel di sudut bibirnya. “Aku berencana besok pagi mulai jogging.” Kataku dengan mulut penuh makanan hasil mengambil setengah Baozi milik Kyungsoo.

“Untuk?”

“Hidup sehat? Baozi menginspirasiku.”

Kali ini Kyungsoo mengecilkan volumenya. Setelah menelan makanannya ia menengok padaku dan aku menemukan kerutan halus di keningnya. “Sebenarnya siapa Baozi?”

“Dia tetangga Lu Han.” Aku menjawab ringan kembali ingin membesarkan suara radio tapi Kyungsoo tidak membiarkanku. Aku ingin mendengarkan Mistletoe karena suasana saat ini benar-benar sempurna tapi tangan Kyungsoo yang sama keras kepalanya denganku membuatku mendecak.

“Berikan jawaban yang lebih jelas oke?”

“Dia anak dari dari dokter gigiku. Kau tahu Dr. Kim yang kubilang koleksi Lego nya super lengkap?  Dia anak dokter Kim.” Kyungsoo yang mengoleksi Lego pernah iri setengah mati saat aku memperlihatkannya foto dari Lego City yang dipajang di ruang tengah keluarga Kim saat aku mengatakan dengan bangga dokter gigiku lebih kaya dari pada dokter giginya.

“Oke aku tahu. “ Kyungsoo diam, ia membesarkan volumenya dan lagu sudah berganti menjadi All of Me. Dengan aku yang bosan dengan lagu itu aku segera mengecilkan volumenya. “Kenapa kalian menyebutnya Baozi?”

“Kalian?”

“Kau dan Lu Han maksudku.”

“Karena pipinya seputih dan sebulat Baozi. Tapi itu dulu, semenjak ia ikut komunitas gerakan antidiabetes Baozi menjadi kurusan.”

Kyungsoo mengangguk-ngangguk. Aku memperhatikan profilnya dari samping. Poninya sudah menutupi kening membuatku ingin mengibasnya. “Besok lusa Nara akan ulang tahun, kau mau menenamiku membeli hadiah untuknya?”

“Aku ingin. Tapi aku tidak tahu apakah bisa.”

Jawaban ambigu dari Kyungsoo membuatku membuang napas, lebih menyenangkan jika ia menjawab ‘aku tidak tahu apakah bisa tapi akan kuusahakan’. Sekali lagi Kyungsoo melirikku. Aku sampai mendengus keras untuk membuatnya tahu kalau sejak tadi aku menyadari sesuatu yang aneh. “Kenapa kau terus melirikku?”

“Aku hanya heran.”

“Heran kenapa?”

“Kenapa kau mewarnai rambutmu? “

“Astaga aku sudah mewarnai rambutku sejak minggu lalu Kyungsoo.”

Hening sejenak kami sama-sama diam  dan Kyungsoo hanya mengetuk-ngetuk stir dengan telunjuknya “Yah mungkin karena kau terlalu asyik dengan Baozi sampai lupa kalau sejak minggu lalu kita belum bertemu.”. Aku tahu Kyungsoo menyindirku, tapi aku tidak berniat mengelaknya, ia bisa mengambil kesimpulan sesukanya.

Sekarang giliran Like I’m Gonna Lose You mengalun. Kami sama-sama diam. Aku memperhatikan lampu-lampu kota Seoul yang masih bangun meskipun sebenarnya diam-diam memandangi pantulan Kyungsoo dari jendelaku.

Kami tetap diam seolah percakapannya sebelumnya tidak pernah terjadi. Aku tidak marah pada Kyungsoo, hanya ingin menikmati lagu karena dengan Kyungsoo duduk di sampingku lagu ini terdengar lebih baik. Aku berharap Kyungsoo merasakan hal yang sama oleh karenanya ia juga memilih diam. Lalu ketika aku memejamkan mata dan merasakan Kyungsoo membelai rambutku aku tidak merespon. Kami diam selama perjalanan tapi Kyungsoo tidak mengantarku ke rumahku. Kami berhenti di apartemennya karena Kyungsoo ingin membuatkan makan malam.

 

Author’s note:

Chapter yang ini agak lama pembuatannya (padahal ga ada konflik gimana bgt ya). Biasanya catching feeling kubuat tiga hari terakhir sebelum update dan sekarang kayak udah sebulan akhirnya rampung juga.  

Bener-benar penasaran soal komentar kalian soal chapter ini even kita ga ada kemajuan berarti bukan berarti ga ada yang dikomentarin kan? Aku ngebikin playlist untuk Catching Feeling, yang sering kudengerin setiap ngetik cerita ini dan kuharap dapat jadi moodbooster kalian. xx pikrachu.

playlist link click here!

kyungsoo otw jemput sarang

 

 

18 thoughts on “Catching Feeling [11/?]

  1. Jadi mulai darimana nih? Dari kyungsoo yg kayaknya cemburu atau dari sarang yg kayaknya lebih merhatiin minseok? Oke mulai dari kyungsoo aja yah, aduh baru ngerasa deh sweetnya kyungsoo pas di mobil seneng deh akhirnya kyungsoo kelihatan cemburu sama minseok tapi gimana nih kayaknya sarang jadi lebih perhatiin minseok dibanding kyungsoo, sarang gak inget udah seminggu ga ketemu kyungsoo tp inget udh brp hari ga ketemu minseok. Aduh chapter ini menumbuhkan semangat nge-ship sarang-minseok lagi haahahahah. Dan iya, aku selalu percaya luhan, dia mau bilang sarang yg suka sama minseok kan? Hahahaha
    Aduh pokoknya suka bgt sama chapter ini, lanjut kak. Heheehehe

  2. Rasanya pas tau kalau Sarang dan Kyungsoo berjalan baik” saja seakan kesal .. Dan keliatan klau Sarang senang tapi gk sesenang pas sama Minseok, dan ada kode keras di dalam chapter ini tapi jjur aku gk yakin krna author yg ini sangat suka phpin readersnya XD :p

    Klau Sarang nyariin Minseok apakah Minseok nyariin Sarang juga itu yg bkin aku penasaran .. Kyungsoo cemburu kyknya sama baozi dan dia gk tau siapa baozi kasian yaa :p
    Eon .. Kamu selalu bkin aku suka sama setiap karakter yg kamu bkin di ff mu, mulai dari pastel yg bkin akunsempet ngefans sama Tao, lalu detoure yg bkin aku ngefans sama Kyung sampe sekarang .. Luhan memang bkn pemeran utama dan dia bkin aku kangen dengan dia stengah mati pas dia keluar dari EXO .. Buat Minseok aku mulai menaruh perhatian lebih buat dia skrng .. Eon yg satu ini memang jago bkin aku suka sama karakter yg di bkin dan nyangkut ke real lige aku yg jadi ngefans dgn mereka

  3. pertama aku kaget pas lagi asik baca kyungsoo-sarang mmoment tiba-tiba muncul author note! ini jadi kerasa pendek apalagi 3/4 dari cerita yg di omongin sarang cuman minseok,kyungsoonya sedikit bgt…
    kedua,kenapa sarang perhatiin mulu minseok? sarang suka minseok? aku ga mau percaya luhan buat kali ini tapi karna luhan selalu bener rasanya jadi was-was deh,takut emang bener dan gimaa dong nasib kyungsoo? padahalkan mereka baru jadian lagi…
    ketiga,kak tau kan banyak yg nge-ship kyungsoo-sarang.. jadi tolong jangan kecewakan kami ya hehehe
    terakhir semangat kakk!!!
    p.s: sweet fanfiction satu-satunya wordpress yg bikin aku tiap hari cek updateannya dan udah kaya yg minum obat 3x sehari… ngomong-ngomong yg ini udah lebih dari sebulan ya

  4. thanks udah buat aku kembali jatuh dalam pesona kyungsoo
    dan terima kasih buat aku lebih baper sama sarang-minseok

    di chapter ini memang nggak ada konflik gitu sih, cuma kayak chapter ini yang jadi bagian klimaksnya dimana ada sesuatu antara minseok-sarang-kyungsoo

    nggak ngerti deh mau komen apalagi wkwk
    semua penantian dan bolak balik buka website ini akhirnya ada juga
    tapi agak panjang yaa hehe ^^

    semangat.. moga chapter berikutnya cepat dipost yaa

  5. suka banget bagian akhirnya ^^

    sarang lebih perhatian sama minseok meskipun hubungannya sama kyungsoo baik” aja, masalahnya disini adalah sarang belum tahu kalo dia suka sama minseok
    dan itu kyungsoo cemburu sama baozi, padahal katanya gk peduli siapa yang suka siapa, aaaaa bikin teriak gk jelas sendiri nih
    dan dasar luhan mau bikin dapur kyungsoo jadi kapal pecah aja 😀

  6. Huaaaahhhh aku zuperrr kangeennnnnn komen di karyanya kak Pikaaaaa T.T sekolah menyita waktuku untuk menikmati karyamu,huhuhuhu

    Ceritanya menurutku makin manis,makin bikin geregetan dan moodbooster bangetlah pokoknya.

    First of all,aku mau ngasih tau kalo aku KyungSarang shipper.

    Menurutku dengan Sarang yang udah mulai ngitungin berapa kali dia gak ketemu Minseok itu bisa jadi pertanda kalo perasaan Sarang ke Minseok mulai meningkat sedikit demi sedikit.Yeah,walopun Sarang udah jadian sama Kyungsoo lagi (dan aku sangat amat senang akan hal itu) tapi intensitas ketemunya Sarang-Minseok yang bisa di bilang gak sedikit bisa jadi mempengaruhi perasaan Sarang ke Minseok.Secara Sarang juga harus periksa gigi rutin ke Ibunya Minseok,di tambah Nara deket sama Sarang dan jangan lupakan mereka pernah liburan ke Jepang bareng.

    Cara Minseok suka sama Sarang bikin geregetan.Minseok menurutku kurang nunjukin rasa sukanya itu ke Sarang dan masih cuek-cuek aja walopun Sarang udah sama Kyungsoo.Btw,aku bayangin Minseok main basket dengan ototnya yang keker kayak sekarang jadi……ergghhhh gimana gitu XD

    Aku gatau mau ngomentarin apa soal KyungSarang moment,pokoknya aku sukkkkkaaaaaaaaaaaaa :3 thank u buat Lu Han yang suka ngomporin Kyungsoo,hahahaha tolong jangan bikin mereka putus dulu kakkk,biarkan aku menikmati hubungan mereka berdua duluuuu,hahahaha

    Oiya,aku masih penasaran gmn perasaan Jongin ke Sarang,tolong di adain moment mereka berdua yaaa,hihihi :3 Maaf aku jarang komen,aku bakal usahain komen karena gimanapun juga karyanya kak pika membangkitkan moodku :3 semangat kak!!!

    (p.s: kak gmn pendapat kak pika soal badan Kyungsoo yg mulai berbentuk itu? :3)

  7. KAK… ini ajeng, kak.T.T

    kakak kenapa jahat beungeud kak? setelah buat aku nerima Kyungsoo sarang setelah sebelumnya nge-ship luhan sarang, brubah haluan lagi jadi minseok sarang.:3 (baper maks}…hahahaha
    bapernya gini, sarang labil banget dah. pas sama minseok mikirin kyungsoo, pas sama kyungsoo mikirin minseok. Ini bukannya tanpa konflik tapi FULL OF CONFLICT.

    bang ungchu…bang~
    #Keep writing, kak. sempet jingkrak karena tahu udah update tapi jadi baper kaya kepala kena three pointnya minseok. :3. yep! keren, selalu! ^^

  8. Aaaaah kaka! Akhirnya update haha aku kangen banget sama ff ini. Semangat terus ka! 🙂 ditunggu post selanjutnya hehe

  9. aish aku cek tiap hari ini gak update2, giliran lupa eh udah ada aja. Tapi kayanya ini sedikit ada kemajuan,, aku curiganya sarang kok sampe segitunya mikirin baozi. Yah maksudnya kan cuma gak ketemu beberapa hari sampe diinget2 mulu. Kyungsoo aja diingetnya gak setiap saat duh.
    Ngomong2 kyungsoo, hahaha kenapa ya otakku begini jahat, ngebayangin kyungsoo nyetir mobil, disampingnya ada cewek (dan bahkan elus rambutnya) aku merasa dia gak sekeren itu xD
    Mungkin baozi atau luhan lebih dapet, karna kyungsoo… yg identik dengan manusia kurang peka jadi agak romantis itu, semacam sedikit diluar nalar xD aku gak kepikiran kyungsoo orangnya sweet hihihi
    Tapi dengan bantuan pic di bawah, yah lumayan sih kak kyungsoo keren 😀
    Masih kyungsoo (duh aku seneng banget ini), sindirannya kyungsoo, apa itu pertanda dia cemburu? tapi…. tiap membahas sarang-kyungsoo, aku selalu was was. Iya.. was was takut tiba2 sarang belok arah. Cius gak bisa ngasih keikhlasan kalo sarang gak sama kyungsoo 😦

    • HAHAh omaigad iya sih emang kalau kyungsoo yang dulu aku juga ga bisa bayangin dia bakal sekeren itu, tp sekarang..puberty..bahunya udh broad udh makin manly apalagi abis liat dia cover boyfriend 😦 susah jadi sarang aku juga bingung

  10. SAYA NGESHIP MINSEOK-SARANG Thor!! >_<
    Tp kbanyakan readersnya suka Sarang-Kyungsoo 😦
    I Love U full buat Minseok. Ceritanya sumpah bikin greget. Sarang sbenarnya hatinya buat siapa sih??
    Terakhir kali yg saya baca bru sampe chapter 5 dan pas saya ngecek blognya udh sampe chapter 11.

  11. siapa disini yg ngeship minseok-saranga? *ANGKAT TANGAN* ugh setelah sekian lama/lebay/ kangen bgt sama moment merekaaa apalagi sarang mulai meratiin minseok terus /eaaa/ ada apa ini? inget kata luhan udah punya kyungsoo looh uhuk.. jadi pengen liat kyungsoo makin cemburu (?)
    minseok-sarang momentnya selalu greget ya kyak digantungin gk tau mau terbang apa jatuh(?) BUTUH MOMENT MEREKA LAGI KAAAK AAAAAA aku butuh minseok ❤
    dari jaman detour sampe sini, aku suka bgt karakter luhan kyk apapun yg pengen reader kasih tau udh disampein luhan(?) jadi kangen luhan-sena:( karakter luhan favorite aku<3
    ditunggu update kak C:

  12. Itu mereka CLBK karena sama sama suka atau cuma sreg sreg-an doang? Kalo menurut aku sih Sarang itu lebih ke Baozi tapu dia nggak sadar sama perasaan itu

  13. Kak, demi apa ini udah tahun kedua aku bolak balik ke cerita ini dan re-read…….Aku beneran kangen sama mereka kak, Tolongin aku..>.< Aku. sumpah. Kangen. Banget. Dan aku fans berat kakak.

    Gaya penulisan kakak okeh banget dan aku bener-bener kangen karya kakak!!! Kembalilah, kak. #Dari yang mencintaimu, karyamu, karakter fiksimu, diksimu, dan lapakmu. ❤

Leave a reply to nopiu Cancel reply